LPM Apresiasi | Kritis, Realistis, Demokratis
News Update
Loading...

Kabar Luar Kampus

[Kabar Luar Kampus][recentbylabel1]

Kabar Kampus

[Kabar Kampus][recentbylabel1]
DEM FKIP UNISRI Gelar Pengabdian Masyarakat di Desa Rejosari

DEM FKIP UNISRI Gelar Pengabdian Masyarakat di Desa Rejosari

 

Cek kesehatan gratis di Desa Rejosari (foto : Martha Novita)

Karanganyar, 12 April 2025 – Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (DEM FKIP) Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) kembali menggelar Pengabdian Masyarakat dengan mengusung tema “Aksi Nyata Satu Rasa Bersama Mewujudkan Kepedulian untuk Masa Depan yang Lebih Baik”.

Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (12/04/25) dilaksanakan di Desa Rejosari, dan diisi dengan berbagai kegiatan sosial seperti Posyandu, cek kesehatan, bakti sosial berupa pembagian sembako serta mengajar anak-anak TPA.

Dalam sambutan saat pembukaan acara, Daiva Dahayu selaku Ketua Pelaksana menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat serta meningkatkan hubungan silaturahmi yang lebih erat antara DEM FKIP UNISRI dan masyarakat Desa Rejosari.

“Harapan saya kegiatan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Desa Rejosari, dan bisa berkelanjutan. Ini juga bisa menjadi bentuk kontribusi nyata dari mahasiswa ke masyarakat, yang mana hari ini kita mengadakan kegiatan posyandu serta pengecekkan kesehatan gratis, bakti sosial dengan membagikan sembako dan ditutup dengan mengajar anak-anak TPA,” ujar Mohammad Aldi, selaku Ketua Umum DEM FKIP UNISRI Periode 2024/2025.

Rangkaian kegiatan dimulai dengsn Posyandu yang dihadiri oleh sekitar 50 balita dan lansia. Pemeriksaan meliputi pengecekan kesehatan seperti tinggi badan, dan berat badan bagi balita serta tambahan cek gula darah, asam urat dan kolestrol bagi lansia. Selain itu, kegiatan ini juga di isi dengan materi oleh Siti Nur Khasanah Amd.Keb serta sesi konseling kesehatan bersama Septiaji Wito Hartono.

Selanjutnya, panitia membagikan 27 paket sembako kepada masyarakat kurang mampu yang dilakukan secara door to door, sebagai bentuk kepedulian terhadap ekonomi Masyarakat Desa Rejosari.

Kegiatan ditutup dengan sesi mengajar anak-anak TPA seperti mengaji, ice breaking dan juga bermain games.

Selaku panitia, Trifosa menyampaikan rasa antusias dan bangganya terhadap kegiatan ini. “Pengabdian masyarakat DEM FKIP kali ini kereeennnn banget. Baru kali ini DEM FKIP bisa memberikan bantuan yang bermakna bagi masyarakat desa khususnya di desa Rejosari. Kalau dibandingkan dengan tahun lalu DEM FKIP selalu di Panti Asuhan kali ini berbeda dimana pengabdian kita kepada Masyarakat lebih tersampaikan,” ungkapnya.

Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi agenda rutin setiap tahunnya yang berdampak positif dan mempererat hubungan antara mahasiswa dan masyarakat.

 

Penulis        : Luthfia Fanyna Amanda

Penyunting  : Luthfia Fanyna Amanda

Tentangmu yang Tak Usai

Tentangmu yang Tak Usai

 

Sumber: Pinterest

Ada sesuatu tentangmu yang tak bisa sepenuhnya dirangkai dengan kata. Seperti lukisan yang tak pernah selesai, engkau adalah misteri yang indah untuk dipecahkan. Wajahmu tak hanya rupawan, tetapi juga tenang, seperti pagi yang enggan tergesa-gesa. Setiap lekuk senyummu membawa kehangatan yang meluruhkan dingin paling gigil. 

Engkau bukan hanya soal rupa. Di balik matamu yang tajam, ada kecerdasan yang berpendar seperti cahaya lilin dalam ruang nan gulita. Kata-katamu tak pernah sia-sia. la seperti anak panah yang selalu menemukan sasarannya, entah dalam percakapan atau pemikiran. Engkau berbicara seperti menulis puisi-ringkas, bermakna, dan tak mudah dilupakan. 

Engkau adalah seni dalam segala bentuknya. Dalam caramu berjalan ada irama yang tak terlihat. Dalam caramu berpikir ada harmoni yang melampaui logika. Engkau selalu menciptakan keindahan bahkan tanpa mencoba. Bahkan diam pun menjadi nada saat berada di dekatmu. 

Mungkin aku tak bisa menyelesaikan kisah ini, karena engkau sendiri adalah cerita yang terus berkembang. Sebuah mahakarya yang tak butuh tepuk tangan untuk diakui. Engkau adalah seni yang hidup-dan aku, hanya seorang pengagum yang tak pernah berhenti terpukau.


Penulis         : Oliviana Angelicha Effendy

Penyunting : Ghulamy Tathmainul Qalby

Efisiensi Anggaran: Solusi atau Ilusi?

Efisiensi Anggaran: Solusi atau Ilusi?

 

Sumber: Google


Pemerintah kembali mengibarkan bendera efisiensi anggaran, kali ini dengan memangkas Rp306,69 triliun di tahun 2025. Konon, ini demi optimalisasi belanja negara agar lebih tepat sasaran. Salah satu sasaran utamanya adalah program Makan Bergizi Gratis (MBG) serta suntikan dana untuk Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Namun, apakah efisiensi ini benar-benar langkah cerdas, atau hanya kamuflase untuk menutupi kebijakan yang berpotensi membuka celah korupsi? 


Makan Bergizi Gratis (MBG): Berkah atau Beban?

Program MBG tentu terdengar heroik. Makan gratis untuk anak-anak? Siapa yang tidak mendukung? Tapi, jika melihat realitas anggaran, program ini bisa menjadi bom waktu. Dengan dana yang dipangkas, dari mana sumber daya untuk memastikan program ini berjalan tanpa merugikan sektor lain? Jangan-jangan, ini hanya proyek mercusuar yang akan berakhir seperti program serupa sebelumnya. Mangkrak, penuh penyimpangan, dan menjadi ladang bancakan. 

Mari kita lihat kasus Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) yang penuh dengan "mafia bansos". Bukannya rakyat mendapat pangan berkualitas, mereka justru diberi bahan makanan kadaluwarsa dengan harga yang di mark-up. Jika skema MBG tidak diawasi dengan ketat, kita mungkin akan melihat pola yang sama yaitu pengadaan fiktif, penyedia yang dimonopoli oleh oligarki, dan makanan yang lebih cocok untuk pakan ternak daripada dikonsumsi oleh anak-anak Indonesia. 

 

Danantara: Investasi atau Inkubator Korupsi?

Sementara itu, BPI Danantara diklaim sebagai kendaraan investasi negara. Tujuan mulianya adalah mengelola dana Sovereign Wealth Fund (SWF) agar bisa menarik investasi luar negeri. Tapi mari jujur, di negara dengan sejarah panjang korupsi, apakah ada jaminan bahwa Danantara tidak menjadi “Danantara Ghoib?” 

Kita hanya perlu melihat contoh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Jiwasraya. Dana besar, pengelolaan amburadul, dan akhirnya skandal keuangan yang merugikan negara. BPI Danantara berpotensi menjadi lubang hitam anggaran di mana dana negara "disulap" menjadi keuntungan pribadi segelintir elit. 

Apalagi transparansi menjadi isu besar jika mekanisme pengelolaannya tidak dibuat super ketat dan diawasi secara independent. Bukan tidak mungkin Danantara hanya menjadi pos anggaran yang terus diguyur uang rakyat tanpa hasil nyata. Investor pun bisa berpikir dua kali sebelum menaruh uang mereka jika badan ini tidak memiliki tata kelola yang jelas dan bebas dari intervensi politik. 


Kesimpulan: Rakyat Dibuat Kenyang atau Makin Kelaparan?

Efisiensi anggaran seharusnya berarti penggunaan uang yang lebih cerdas, bukan sekadar pemangkasan tanpa arah. Jika program MBG dan Danantara tidak dikelola dengan akuntabilitas tinggi, maka ini hanya akan menjadi proyek jangka pendek yang menyedot dana negara tanpa memberikan manfaat riil bagi masyarakat. 

Pada akhirnya, rakyat tidak butuh janji manis tentang makan bergizi jika realitasnya justru anggaran diselewengkan. Dan investasi negara seharusnya memberikan keuntungan untuk rakyat, bukan memperkaya oligarki. Jika tidak ada transparansi, kita hanya akan menyaksikan satu lagi babak drama korupsi yang mengulang sejarah lama yaitu elit semakin kaya, rakyat tetap menderita.


Penulis         : Oliviana Angelicha Effendy

Penyunting : Luthfia Fanyna Amanda


Indonesia Gelap: Ketimpangan Sosial, Ekonomi, dan Kebijakan yang Dipertanyakan

Indonesia Gelap: Ketimpangan Sosial, Ekonomi, dan Kebijakan yang Dipertanyakan

 

Sumber: Google


Kondisi Indonesia saat ini tengah menjadi sorotan tajam, baik dari dalam negeri maupun komunitas internasional. Kebijakan pemerintah yang kontroversial telah memicu kritik dari berbagai pihak, termasuk media internasional seperti Taiwan dan China. Isu utama yang disorot meliputi kesenjangan sosial, ekonomi, dan ketidakpastian hukum yang semakin memperburuk situasi masyarakat.

Kebijakan Anggaran yang Kontroversial

Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, telah mengumumkan pemotongan anggaran sebesar $19 miliar. Langkah ini bertujuan untuk mendanai program-program seperti penyediaan makanan gratis bagi siswa sekolah. Namun, pemotongan ini berdampak signifikan pada sektor-sektor vital, termasuk pendidikan dan layanan sosial. Sebagai contoh, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mengalami pengurangan anggaran hingga 50%, mengancam keberlangsungan dukungan bagi para penyintas tragedi seperti Bom Bali 2002. Chusnul Chotimah, salah satu penyintas, mengungkapkan kekhawatirannya akan kehilangan bantuan medis yang sangat dibutuhkan akibat pemotongan ini. 

Protes Mahasiswa dan Ketidakpuasan Publik

Kebijakan pemotongan anggaran ini memicu gelombang protes yang dikenal sebagai "Indonesia Gelap," dipimpin oleh ribuan mahasiswa di berbagai kota seperti Yogyakarta, Jakarta, dan Medan. Para demonstran menyoroti bahwa pemotongan anggaran pendidikan untuk mendanai program makanan gratis merupakan langkah yang tidak bijaksana, mengorbankan kualitas pendidikan demi program yang efektivitasnya masih dipertanyakan. Selain itu, tingginya tingkat pengangguran di kalangan pemuda dan menyusutnya kelas menengah menambah bahan bakar ketidakpuasan ini. 

Kesenjangan Sosial dan Ekonomi yang Meningkat

Meskipun pemerintah mengklaim penurunan angka kemiskinan, kesenjangan ekonomi di Indonesia tetap menjadi masalah serius. Ketimpangan pendapatan yang lebar menciptakan ironi di mana pertumbuhan ekonomi tidak dirasakan merata oleh seluruh lapisan masyarakat. Kondisi ini berpotensi memicu berbagai masalah sosial, termasuk meningkatnya kriminalitas dan ketidakstabilan sosial 

Ketidakpastian Hukum sebagai Penghambat Pembangunan

Selain masalah ekonomi, ketidakpastian hukum di Indonesia menjadi penghambat utama dalam pembangunan. Investasi sering terhambat oleh regulasi yang tidak konsisten dan penegakan hukum yang lemah. Maqdir Ismail, Ketua Umum Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin), menekankan bahwa ketidakpastian hukum menghambat pertumbuhan ekonomi dan perlu segera diatasi untuk mencapai target pertumbuhan yang diharapkan. 

Sorotan Media Internasional

Media internasional, termasuk dari Taiwan dan China, telah menyoroti situasi di Indonesia. Meskipun hubungan antara media Taiwan dan China sering kali tegang dan dipengaruhi oleh dinamika politik domestik mereka, perhatian terhadap Indonesia menunjukkan bahwa isu-isu dalam negeri Indonesia telah menarik perhatian global. Namun, detail spesifik mengenai liputan media Taiwan dan China tentang situasi Indonesia saat ini memerlukan sumber tambahan untuk verifikasi lebih lanjut.

Kesimpulan

Indonesia saat ini berada di persimpangan kritis. Kebijakan pemerintah yang kontroversial, meningkatnya kesenjangan sosial dan ekonomi, serta ketidakpastian hukum telah menciptakan ketidakpuasan yang meluas di kalangan masyarakat. Diperlukan langkah-langkah konkret dan komprehensif untuk mengatasi masalah-masalah ini, guna memastikan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.


Penulis         : Oliviana Angelicha Effendy

Penyunting : Wiri Tanaya Hayu M



Negeri yang Tenggelam dalam Bayangan

Negeri yang Tenggelam dalam Bayangan

 

Sumber: Pinterest

Angin malam menyusup ke celah-celah kota yang mulai renta. Bau asap knalpot bercampur dengan debu jalanan, membentuk selimut pekat yang menyesakkan dada. Langit yang dulu membanggakan bintang-bintang kini hanya menampilkan kelam yang menindih. Di bawah jembatan layang, seorang bocah kecil menggigil, memeluk lututnya yang kurus. Matanya yang sayu menatap neon yang berkedip, seolah kehabisan tenaga seperti tubuhnya sendiri.

"Bu, kapan kita makan lagi?" suaranya nyaris tenggelam dalam kebisingan kendaraan yang melintas.

Seorang perempuan kurus dengan wajah yang penuh garis kepedihan menarik anaknya ke dalam pelukannya. "Sabar, Nak. Besok ibu akan coba mencari kerja lagi di pasar. Mungkin ada rezeki untuk kita."

Sementara itu, di balik gerbang besi berlapis emas, pesta berlangsung meriah. Gelas-gelas kristal berdenting, suara tawa bersahutan, memenuhi ruangan dengan kemewahan yang berlebihan. Seorang pria dengan jas mahal mengangkat gelasnya tinggi, seraya berucap, "Ekonomi kita tumbuh pesat! Tak ada yang perlu dikhawatirkan!"

Di luar sana, seorang lelaki tua dengan jaket lusuh berdiri di trotoar, menatap gedung itu dengan getir. "Lihat mereka..." suaranya bergetar kepada teman-temannya yang duduk di trotoar, menghangatkan tangan di atas bara api kecil. "Mereka pesta, sementara kita mengais sisa-sisa kehidupan."

Di pinggiran kota, sawah yang dulu menghijau kini menjadi hamparan beton yang dingin. Barisan pabrik berdiri dengan angkuh, menutupi matahari dengan asap pekat yang merayap ke langit. Seorang petani tua berdiri di tengah tanah yang merekah, menggenggam segenggam tanah kering yang jatuh di sela-sela jarinya.

"Sawah kita dijual, Pak?" seorang pemuda bertanya dengan suara gemetar.

Petani itu menghela napas panjang, menatap cakrawala yang makin sesak. "Kita hanya butiran debu di mata mereka. Tanah ini bukan milik kita lagi."

Di sebuah ruang rapat besar berlapis marmer, para pejabat duduk melingkar. Di hadapan mereka, layar besar menampilkan grafik dan angka-angka yang disusun rapi.

"Kita bisa meningkatkan pemasukan dengan menaikkan pajak dan menarik investasi asing," ujar seorang pria berkacamata dengan suara percaya diri.

"Tapi bagaimana dengan masyarakat kecil?" seorang lainnya bertanya.

"Mereka akan bertahan. Selama kita bisa menjaga stabilitas politik, protes-protes akan mereda. Kita buat program bantuan secukupnya untuk meredam kegelisahan mereka."

Di pasar, ibu-ibu saling berdesakan, mencoba mendapatkan makanan yang semakin mahal. "Harganya naik lagi?" seorang perempuan dengan kerudung lusuh bertanya dengan suara lirih.

"Pemerintah bilang, ini demi pembangunan," jawab seorang pedagang dengan nada lelah.

Di jalanan, kemarahan rakyat meledak. Ribuan orang turun ke jalan, membawa poster-poster bertuliskan tuntutan yang selama ini diabaikan. "Kami lapar! Kami butuh keadilan!" suara mereka membahana, mengguncang dinding-dinding kota yang dibangun di atas derita mereka.

Namun, tak butuh waktu lama sebelum suara itu dibungkam. Gas air mata dilemparkan ke kerumunan, jeritan bercampur dengan batuk-batuk sesak. Para demonstran berlarian, mencari perlindungan. Seorang pemuda jatuh tersungkur, darah merembes di aspal yang panas.

Di tengah kepanikan, seorang gadis kecil berdiri di sudut jalan, memeluk secarik kertas kusam. Puisi yang ditulisnya tentang harapan kini basah oleh air mata.

"Bu, fajar pasti datang, kan?" suaranya kecil namun menggenggam harapan yang besar.

Sang ibu tersenyum pahit, menghapus air mata anaknya dengan ujung selendang yang telah usang. "Ya, Nak. Meski langit gelap, fajar selalu punya caranya sendiri untuk kembali bersinar."


Penulis          : Oliviana Angelicha Effendy
Penyunting : Helga Lalita
Upgrading LPM APRESIASI 2025: Satukan Rasa, Tingkatkan Karya

Upgrading LPM APRESIASI 2025: Satukan Rasa, Tingkatkan Karya

 

Pengurus dan Anggota LPM APRESIASI 2024/2025. (Sabtu, 22/2/2025)


SURAKARTA – Upgrading LPM APRESIASI 2025 sukses dilaksanakan pada 21–22 Februari 2025 di Villa Mambo Darno, Tawangmangu. Kegiatan ini mengusung tema “Satu Rasa Satu Karya, Upgrade Skill Bersama LPM Apresiasi”, yang mencerminkan visi dan tujuan bersama dalam menciptakan karya yang bernilai serta komitmen untuk terus belajar dan berkembang demi mencapai tujuan kolektif.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah mempererat tali persaudaraan antaranggota serta memberikan wawasan baru kepada seluruh anggota melalui berbagai materi yang disampaikan.


Kegiatan yang berlangsung selama dua hari satu malam ini dihadiri oleh sekitar 50 peserta, termasuk panitia dan tamu undangan. Terdapat dua materi yang disampaikan oleh pembicara, yaitu materi mengenai Keorganisasian yang disampaikan oleh Bekti Rahmawati selaku Pimpinan Umum LPM APRESIASI periode 2024/2025, dan materi mengenai Kode Etik & Teknik Jurnalistik Lapangan yang disampaikan oleh Rahmatika Putri Supuasari selaku pengurus LPM APRESIASI periode 2023/2024.


Rangkaian kegiatan pada hari Jumat, 21 februari 2025 yaitu penyampaian materi secara offline dengan dua penugasan untuk peserta terkait materi yang disampaikan. Selanjutnya, diadakan sharing internal antaranggota LPM APRESIASI, dan  kegiatan terakhir adalah ice breaking untuk meningkatkan keakraban antaranggota.


Adapun rangkaian kegiatan pada hari Sabtu, 22 Februari 2025 yaitu jalan pagi di lingkungan sekitar villa, sarapan bersama, dan dilanjutkan dengan diadakannya game yang menarik. Setelah mengikuti rangkaian acara, peserta melakukan kegiatan bersih-bersih dan persiapan pulang. Acara ditutup oleh Ketua Pelaksana dan Pimpinan Umum LPM APRESIASI periode 2024/2025 dan diakhiri dengan sesi foto bersama seluruh peserta dan panitia.

 

Penulis             : Dwi Astuti

Penyunting       : Wiri Tanaya Hayu M


Protes Kebijakan Efisiensi Anggaran, Mahasiswa Gelar Demonstrasi di DPRD Surakarta

Protes Kebijakan Efisiensi Anggaran, Mahasiswa Gelar Demonstrasi di DPRD Surakarta

 

Aksi mahasiswa gelar demonstrasi di DPRD Surakarta (19/2/2025). (Foto: Koko Novianto Pribadi)


SURAKARTA – Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung DPRD Surakarta (Rabu, 19/2/2025). Demonstrasi yang bertajuk “Indonesia Gelap” ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan efisiensi anggaran yang berdampak pada evaluasi program makan bergizi gratis. Dalam aksi tersebut, mahasiswa memblokade jalan dan membakar ban sebagai bentuk protes. Meski diguyur hujan, mereka tetap menyuarakan tuntutan kepada pemerintah, di antaranya:

1. Menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Kejaksaan, Polri, dan TNI.

2. Meminta pemerintah untuk mengkaji ulang kebijakan efisiensi anggaran.

3. Memperbaiki implementasi program Makan Bergizi Gratis (MBG).

4. Mendorong kebijakan energi yang berpihak kepada rakyat, khususnya terkait peraturan baru mengenai gas LPG.

5. Menuntut pemerintah untuk merealisasikan tunjangan kinerja (Tunkin) bagi guru, dosen, dan Aparatur Sipil Negara (ASN).

Demonstrasi ini berlangsung dengan pengawalan ketat dari aparat kepolisian. Para mahasiswa berharap aksi ini dapat mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan kembali kebijakan yang dinilai merugikan masyarakat, khususnya dalam hal program makan bergizi gratis dan kesejahteraan rakyat secara umum.

 

Penulis            : Koko Novianto Pribadi

Penyunting      : Wiri Tanaya Hayu Madyani


INDONESIA SEDANG DI MASA GELAP DEMOKRASI TERANCAM, KEMBALI TERBONGKARNYA AKUN FUFUFAFA

INDONESIA SEDANG DI MASA GELAP DEMOKRASI TERANCAM, KEMBALI TERBONGKARNYA AKUN FUFUFAFA

 

Kelas Rakyat: Evaluasi dan Masa Depan Penegakan Hukum Serta Demokrasi di Indonesia (Foto: Amalia Rizqi Artha Muna)


SURAKARTA - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Slamet Riyadi menggelar acara seminar nasional dengan tema “Kelas Rakyat: Evaluasi dan Masa Depan Penegakan Hukum Serta Demokrasi di Indonesia"  Selasa (18/2/2025) yang dihadiri narasumber hebat dan audiens dari berbagai instansi dan universitas.

Seminar ini menggaris bawahi bahwa Indonesia sedang di masa gelap dan mencanangkan demokrasi Indonesia sedang terancam. Roy Suryo sebagai salah satu narasumber pada seminar itu juga memaparkan terbongkarnya akun Fufufafa yang selama ini menggegerkan rakyat Indonesia. “Sudah jelas bahwa pemilik akun ini adalah Gibran yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia”, Ujar Roy Suryo pada saat seminar berlangsung (18/2/2025). Beliau mengatakan bahwa akun Fufufafa dikelola oleh Gibran Rakabuming Raka sejak tahun 2012-2020. Tak hanya Roy Suryo, Abraham Samad Ketua KPK periode 2011-2015 menjelaskan bahwa salah satu akar penyebab korupsi di Indonesia disebabkan oleh warisan sistem orde baru (Oligarki)

 

 

Penulis      : Amalia Rizqi Artha Muna

Penyunting: Chintya Alinda Riskyani


Seruan "Indonesia Gelap", BEM SI Gelar Aksi

Seruan "Indonesia Gelap", BEM SI Gelar Aksi

 

Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas menggelar aksi demonstrasi (Senin, 17/2/2025)

(Sumber: x/@jackjackparrr)

JAKARTA - Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) bersama berbagai elemen masyarakat mengadakan demonstrasi bertajuk "Indonesia Gelap" di kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta Pusat, pada Senin, 17 Februari 2025.

Koordinator BEM SI, Herianto, mengungkapkan bahwa demonstrasi ini bertujuan untuk menyampaikan tujuh tuntutan utama, termasuk mendesak Presiden Prabowo Subianto agar membatalkan kebijakan efisiensi anggaran, sebagaimana dikutip dari Spills.co.id.

Dalam aksi tersebut, sejumlah tuntutan diajukan, di antaranya:

1. Membatalkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 karena kebijakan pemotongan anggaran dianggap tidak berpihak pada kepentingan rakyat. 

2. Menghapus pasal dalam RUU Minerba yang mengizinkan perguruan tinggi mengelola tambang demi menjaga independensi akademik. 

3. Memastikan pencairan tunjangan kinerja bagi dosen dan tenaga pendidikan secara penuh tanpa kendala birokrasi atau pemotongan yang merugikan.

4. Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) serta mengeluarkannya dari anggaran pendidikan. 

5. Menghentikan penerapan kebijakan publik yang tidak didasarkan pada riset ilmiah serta tidak berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.

Tagar #IndonesiaGelap menjadi trending di platform X (Twitter), mencerminkan kekhawatiran publik terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak menguntungkan masyarakat dan memperburuk kondisi ekonomi serta sosial.

Menanggapi situasi tersebut, mahasiswa bersama koalisi masyarakat sipil turun ke jalan dalam aksi demonstrasi bertajuk Indonesia Gelap, menuntut transparansi serta akuntabilitas pemerintah atas berbagai permasalahan yang mereka nilai semakin mengkhawatirkan.

 Link foto


Penulis        : Pinkan Marisca Harist

Penyunting : Wiri Tanaya Hayu Madyani


Negeri yang Menangis

Negeri yang Menangis

 

Sumber: Blogspot

Angin malam menusuk tulang, menyapu jalanan ibu kota yang dipenuhi lautan manusia. Ribuan mahasiswa berkumpul di depan gedung pemerintahan, poster-poster mencuat ke udara, suara mereka menggema menembus kebisuan beton.

"Kami menuntut keadilan! Pendidikan bukan barang mewah!" teriak seorang mahasiswa berjaket almamater lusuh, wajahnya menyala dalam semangat.

Di barisan depan, seorang gadis dengan mata berbinar menatap lurus aparat di hadapannya. "Pak, kami hanya ingin belajar. Mengapa harus sulit? Mengapa dana pendidikan dikorbankan?" suaranya bergetar, namun tak ada jawaban.

Di sisi lain negeri, hujan deras menghantam desa kecil. Tanah yang letih tak lagi mampu menahan derita, longsor menelan rumah-rumah yang rapuh. Jerit tangis mengudara, seorang ibu menggali lumpur dengan tangan kosong, berharap menemukan anaknya yang terperangkap.

"Tolong! Anak saya ada di sana!" suaranya pecah, bergema bersama suara hujan yang jatuh seperti tangisan langit.

Di sebuah sekolah reyot, seorang guru tua menghela napas, menatap anak-anak didiknya yang berdesakan di ruang kelas yang hampir rubuh.  "Pak, kapan buku kami datang?" tanya seorang bocah dengan mata penuh harapan. Sang guru tersenyum pahit. "Mungkin nanti, Nak. Mungkin nanti."

Di gedung megah yang berkilauan, orang-orang berdasi mengangkat gelas kristal, merayakan proyek baru yang menguras anggaran rakyat. "Kita perlu membangun sesuatu yang besar!" seru salah satu dari mereka, diiringi tawa puas.

Di jalanan ibu kota, suara gas air mata memecah protes. Mahasiswa terbatuk, berlari, namun tak menyerah. Seorang pemuda tersungkur, tangannya meraih poster yang kini tercabik, bertuliskan, "Pendidikan adalah hak, bukan kemewahan!"

Langit menatap dengan muram. Negeri ini menangis, luka menganga, namun masih ada yang berjuang. Di suatu sudut desa, seorang anak kecil masih membaca buku dengan cahaya lilin, berharap esok lebih baik dari hari ini.


Penulis        : Oliviana Angelicha Effendy

Penyunting : Luthfia Fanyna Amanda

 Nyanyian Luka Negeri

Nyanyian Luka Negeri

Sumber: Pinterest


Wahai angin yang berbisik sendu,  

Kabarkan derita di tanah Ibu,  

Sawah meranggas, air pun surut,  

Rakyat menangis, harapan luruh.  


Di sekolah reyot anak-anak meringkuk,  

Mengeja mimpi di buku yang lusuh,  

Gizi tak cukup, ilmu pun pupus,  

Masa depan tergadai, nasib pun lurus.  


Gunung-gunung runtuh, bumi menggigil,  

Banjir menyapu, jerit mengalir,  

Langit kelam menangis pilu,  

Di balik gedung, tawa mengabu.  


Wahai aparat, wahai pejabat,  

Jangan biarkan rakyatmu melarat,  

Di jalan mereka berseru lantang,  

Menuntut hak di negeri bimbang.  


Bangunlah negeri, sebelum binasa,  

Sebelum bendera lusuh tak bermakna,  

Rakyat bukan sekadar angka,  

Mereka nyawa, mereka jiwa.


Penulis: Oliviana Angelicha Effendy

Kepribadianku

Kepribadianku

Sumber: Pinterest

Bukan karena takut, aku bertemu orang,

Bukan karena sombong, aku jarang ke luar,

Aku suka kedamaian yang tenang,

Di sana lebih nyaman dan senang.

 

Kehumorisanku mengantarkan senyum pada kerabatku,

Kesenanganku tercipta dengan mudahnya,

Terkadang tertawa membawa kesedihan,

Penyesalan pun selalu tiba.

 

Kenyamanan terbentuk dari komunikasi dengan yang sefrekuensi,

Dukungan selalu mengalir satu sama lain,

Dengan bumbu lelucon yang susah ditebak,

Mengantarkan kerukunan yang abadi.

 

Kesedihan selalu menghampiri, tanpa sebab,

Pikiran lebih selalu ada,

Perasaan berubah semena-mena,

Orang menyebutnya manusia unik.

 

Perpecahan masih tidak aku terima,

Kehidupan harus terus berlanjut,

Banyak mimpi yang harus terwujud,

Demi membanggakan orang yang dicinta.


Karya          : Yusril Rahendra

Penyunting : Helga Lalita


Pendaftaran Beasiswa Bank Indonesia 2025 Resmi Dibuka untuk Mahasiswa Universitas Slamet Riyadi Surakarta!

Pendaftaran Beasiswa Bank Indonesia 2025 Resmi Dibuka untuk Mahasiswa Universitas Slamet Riyadi Surakarta!

 

Penerimaan Beasiswa BANK INDONESIA (Foto: Instagram @unisri.official)

Surakarta – Kabar gembira bagi mahasiswa Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta! Bank Indonesia kembali menghadirkan Beasiswa BI 2025 yang menawarkan berbagai keuntungan bagi mahasiswa berprestasi yang memenuhi persyaratan tertentu. Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan finansial yang signifikan sekaligus membuka peluang pengembangan diri bagi penerima beasiswa.

Beasiswa ini terbagi menjadi dua kategori, yakni Beasiswa Unggulan dengan nominal Rp. 1.500.000,00 per bulan dan Beasiswa S1 Reguler dengan nominal Rp. 1.000.000,00 per bulan. Bantuan finansial ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan akademik serta kehidupan sehari-hari selama masa studi mereka.

Untuk mendaftar, mahasiswa harus memenuhi sejumlah persyaratan. Beasiswa ini hanya diperuntukkan bagi mahasiswa aktif jenjang S1 (reguler) yang telah menyelesaikan minimal 40 SKS atau sudah mencapai semester 3. Selain itu, calon penerima harus memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,25, tidak sedang menerima beasiswa lain, serta tidak dalam status cuti atau skorsing akademik.

Berkas pendaftaran dapat dikumpulkan melalui fakultas masing-masing. Mahasiswa juga dapat melihat daftar dokumen yang harus disiapkan melalui tautan berikut: Dokumen Beasiswa.

Seleksi penerima beasiswa akan melalui beberapa tahap. Setelah berkas dikumpulkan, panitia akan melakukan seleksi administrasi untuk memastikan semua persyaratan terpenuhi. Kandidat yang lolos tahap awal akan mengikuti seleksi tambahan, yang dapat berupa wawancara atau tes lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Selain manfaat finansial, penerima Beasiswa Bank Indonesia juga akan mendapatkan berbagai keuntungan lainnya. Mereka akan mendapatkan pelatihan keterampilan soft skill dan hard skill untuk mendukung peran mereka sebagai anggota GenBI (Generasi Baru Indonesia) yang berfungsi sebagai agen perubahan, garda terdepan, dan calon pemimpin masa depan. Selain itu, penerima beasiswa juga akan terlibat dalam berbagai kegiatan yang diinisiasi oleh Bank Indonesia, seperti berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh GenBI.

Mahasiswa yang memenuhi persyaratan dapat mengajukan pendaftaran hingga 13 Februari 2025. Oleh karena itu, diharapkan para calon penerima segera melengkapi dokumen yang diperlukan dan menyerahkan berkas tepat waktu untuk meningkatkan peluang lolos seleksi.

Pendaftaran dilakukan dengan mengumpulkan dokumen ke fakultas masing-masing. Informasi lebih lanjut mengenai program ini dapat diperoleh melalui pengumuman resmi di kampus Unisri atau melalui akun Instagram @genbi_unisri dan @genbi_solo.

 

Sumber: Pengumuman Kampus Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Instagram @genbi_unisri dan @genbi_solo.

 

Penulis        : Jesika

Penyunting : Graciella Restidita Kristsada

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta Magang di Kementerian Pertahanan RI

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta Magang di Kementerian Pertahanan RI

 

Magang di Kementerian Pertahanan RI (Foto: Ivana Im Asmara)

Jakarta, 7 Februari 2025 – Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan RI) menjalin kerjasama dengan Universitas Slamet Riyadi Surakarta dalam melaksanakan program magang bagi para mahasiswa di bagian Biro Hukum. Program ini bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung kepada para mahasiswa magang dalam merancang, menganalisis, dan mengimplementasikan kebijakan hukum yang terkait dengan pertahanan negara.

Mahasiswa magang akan terlibat dalam berbagai kegiatan hukum yang mendukung tugas dan fungsi Kemhan. Selain itu, magang di Biro Hukum Kemhan juga memberikan kesempatan untuk bekerja dengan para profesional hukum yang berpengalaman dan memahami tantangan dalam bidang hukum pertahanan negara.

Adapun mahasiswa yang mengikuti program magang di Kementerian Pertahanan RI diantaranya: Sakila Fatchur Rozaq, Ikhsanuddin Nurhidayat, Mia Erliana, Ryan Darmawan, Ivana Im Asmara, Natania Theofany Pramudita, Vincentius Ardhatama Chrisnuadi, Tutut, Arya Bisma Kumara Dewa, Dhea Tiara Vanesa, Tesalonika Sri Wijayanti, An’nisaa Migi Handayani, Aji Sabda Agung, Felicia Sinatra, dan Rizki Candra Pradana.

Sebagai bagian dari program magang di Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan RI), para mahasiswa magang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti sosialisasi tentang bela negara. Sosialisasi ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep bela negara kepada para peserta magang, sekaligus menumbuhkan semangat nasionalisme dan rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan negara.

Kegiatan ini memberikan wawasan mengenai pentingnya partisipasi setiap warga negara dalam menjaga kedaulatan dan keselamatan negara, baik dalam aspek fisik maupun non-fisik. Melalui pemaparan materi yang disampaikan oleh Marsma TNI M. Helmy Z Lubis, S.H., M.H selaku Kepala Biro Hukum, mahasiswa magang diajak untuk memahami peran serta kontribusi mereka dalam mendukung pertahanan negara, baik dalam bidang hukum, keamanan, ekonomi, maupun sosial.

Di Biro Hukum Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan RI), terdapat beberapa divisi yang memiliki peran penting dalam mendukung tugas dan fungsi Kemhan. Setiap divisi di Biro Hukum memiliki fokus yang berbeda, namun saling berkolaborasi untuk memastikan bahwa kebijakan dan tindakan yang diambil oleh Kemhan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berikut adalah beberapa divisi yang ada di Biro Hukum Kemhan: Advokum I, Advokum II, Perjanjian, Analisis dan Penyuluhan Hukum, dan Tata Usaha Biro (TU Biro). Pada ADVOKUM I meliputi proses pembuatan surat gugatan, pembuatan jawaban, pembuatan surat kuasa, pembuatan replik dan duplik dan pelaksanaan tugas lainnya yang ditangani Bag Advokum I. Pada ADVOKUM II meliputi proses nasihat hukum perdata, proses nasihat hukum pidana dan disiplin, pelaksanaan tugas lainnya yang ditangani Bag Advokum II. Pada PERJANJIAN meliputi proses pembuatan nota kesepahaman, pembuatan perjanjian dan pelaksanaan tugas lainnya yang ditangani Bag Perjanjian. Selanjutnya pada ANSISLUHKUM meliputi proses persiapan penyuluhan hukum, proses analisis hukum dan pelaksanaan tugas lainnya yang ditangani Bag Ansisluhkum. Pada TU BIRO meliputi mekanisme kepengurusan surat keluar dan masuk, tata kearsipan, tata naskah dan minu.

Pada pelaksanaan magang ini, kami dibagi dalam 5 bagian tersebut dan setiap satu minggu sekali oleh pihak Biro Hukum perkelompok di rolling. "Jangan jadi orang yang biasa - biasa saja, tapi harus jadi orang yang tidak biasa - biasa saja. Pahami kekurangan, pahami kelebihan, kuasai kekurangan" pesan dari Pak Helmy Lubiez selaku Kepala Biro Hukum. Program magang ini berlangsung selama satu bulan dan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi mahasiswa dalam memahami tentang hukum pertahanan.


Dokumentasi




Penulis       : Ivana Im Asmara

Penyunting : Graciella Restidita Kristsada

Seperjalanan Hidup Tanpa Cintamu

Seperjalanan Hidup Tanpa Cintamu

 

(Foto: Pinterest) 

Dua puluh tahun telah berlalu, Ibu,

Tanpa pelukan, tanpa nasihat lembutmu,

Aku melangkah di jalan yang sunyi,

Tanpa hadirmu disisi.

 

Aku belajar berdiri sendiri,

Tanpa dekapan yang menenangkan hati,

Tak ada tangan yang menghapus luka,

Hanya kenangan yang terus bercerita.

 

Di setiap langkah, aku selalu mengingatmu,

Mencari bayangmu di hembusan angin yang berlalu,

Dalam malam yang sunyi tanpa suara,

Aku bertanya, masihkah kau melihatku di sana?

 

Ibu, meski waktu terus berjalan,

Rinduku padamu tak pernah hilang,

Cintamu tetap hidup di hatiku,

Menjadi cahaya di setiap langkahku.

 

Dua puluh tahun berlalu tanpamu,

Namun kasihmu tetap abadi,

Aku berjalan dengan doa yang kupanjatkan,

Menjadikanmu kekuatanku dalam setiap langkah.


Karya             : Kanaya Riqky Aulia

Penyunting : Helga Lalita 

Dalam Rumah, Aku Sendiri

Dalam Rumah, Aku Sendiri

 

(Foto: Pinterest) 

Aku berdiri di bawah atap yang melindungi,

Hanya sunyi yang menemani,

Dinding-dinding membisu tanpa suara,

Menyimpan cerita yang tak lagi sama.

 

Langkahku menggema di lantai dingin,

Tanpa sahutan, tak ada teman bersanding,

Jendela terbuka, angin berbisik,

Tetapi tak mampu menghapus rintik-rintik.

 

Meskipun meja makan tetap tertata,

Namun kursi-kursi hanya diam saja,

Tak ada tawa, tak ada cerita,

Hanya bayangku yang setia.

 

Dalam rumah, aku terjebak sendiri,

Merangkul rindu yang tak bertepi,

Mencari hangat dalam kesepian,

Menanti esok dengan harapan.

 

Malam tiba membawa gelap,

Menutup ruang yang semakin senyap,

Aku berbicara dengan bayangan,

Menanyakan makna sebuah kehilangan.

 

Di sudut kamar aku termenung,

Menghitung waktu yg terasa murung,

Rindu ini terus mengisi hati,

Mengapa sepi tak mau pergi?

 

Meski sendiri, aku bertahan,

Menemukan makna di balik kesunyian,

Sebab aku tahu, dalam gelap malam,

Akan datang cahaya perlahan.


Karya             : Kanaya Riqky Aulia 

Penyunting : Helga Lalita 

Surat untuk Bumi

Surat untuk Bumi

 

Sumber: Pinterest

Aku menatap langit yang mulai menghitam. Asap tebal mengepul dari pabrik-pabrik di seberang sungai yang airnya telah berubah keruh. Hatiku miris melihat pemandangan ini. Dulu, ketika aku masih kecil, sungai ini jernih, ikan-ikan berenang dengan riang, dan udara masih terasa segar.

"Bu, mengapa langit sekarang selalu abu-abu?" tanya putriku yang baru berusia tujuh tahun.

Pertanyaan polos itu menohok hatiku. Bagaimana menjelaskan pada anakku bahwa kami lah yang telah merusak rumah kami sendiri? Bahwa manusia dengan segala kemajuan teknologinya, justru perlahan membunuh planet yang telah membesarkan kita?

"Dulu, Nak,” aku memulai ceritaku, "langit itu biru. Sangat biru, dan awan-awan putih berarak seperti kapas yang diterbangkan angin."

Mata putri kecilku berbinar.  "Benarkah, Bu? Seperti dalam buku cerita?"

Aku mengangguk pelan. "Ya, sayang. Dan pohon-pohon tumbuh di mana-mana. Burung-burung berkicau setiap pagi. Udaranya segar, tidak seperti sekarang yang membuat tenggorokan kita gatal."

"Mengapa sekarang tidak seperti itu lagi, Bu?"

Aku terdiam sejenak. "Karena kita tidak menjaga Bumi dengan baik. Kita terlalu sibuk membangun gedung-gedung tinggi, pabrik-pabrik besar, dan melupakan bahwa Bumi juga perlu bernafas."

Putriku memeluk boneka beruangnya erat. "Apa kita bisa membuat langit menjadi biru lagi?"

"Bisa, sayang. Tapi kita semua harus bekerja sama. Mulai dari hal kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, menghemat air, dan menanam pohon."

Keesokan harinya, putriku memintaku untuk membantunya menanam sebatang bibit pohon mangga di halaman belakang rumah kami yang sempit. Meskipun kecil, setidaknya ini adalah langkah pertama. Saat melihat tangannya yang penuh tanah dan senyumnya yang lebar, aku merasa ada secercah harapan.

Mungkin masih belum terlambat untuk memperbaiki kesalahan kita. Mungkin anak-anak seperti putriku, dengan kepedulian mereka yang tulus terhadap alam, akan menjadi penyelamat Bumi di masa depan.

Sementara bibit pohon mangga itu mulai tumbuh, aku menulis surat dalam hati:

Maafkan kami, Bumi. Kami telah menyakitimu terlalu lama. Tapi kami berjanji akan memperbaiki kesalahan kami. Satu pohon, satu tindakan, satu hari pada satu waktu. Karena kau adalah rumah kami satu-satunya, dan kami ingin anak-anak kami masih bisa melihat langit birumu yang indah.

Setiap kali aku melihat putriku menyiram pohon mangga kecil itu, aku tahu bahwa harapan masih ada. Dan mungkin suatu hari nanti, langit akan kembali biru, dan anak-anak kita akan tahu bahwa kita tidak hanya mewariskan masalah, tapi juga solusi untuk masa depan yang lebih baik.

 

Penulis: Riskyka Mawar

Penyunting: Luthfia Fanyna Amanda 

3726 Mdpl: Kalendra dan Senja

3726 Mdpl: Kalendra dan Senja

Sumber: Pinterest karya Hilvanto

Di atas ketinggian 3726 mdpl, angin malam berkisah tentang perjalanan jiwa yang mengembara. Gunung itu menjulang seperti sebuah altar, memanggil jiwa-jiwa yang haus akan makna. Di antara mereka, ada Kalendra, mahasiswa pertanian yang tak pernah lelah mengejar jawaban di balik daun-daun hijau dan aroma tanah basah.  

Kalendra tak pernah mengira, perjalanannya kali ini bukan tentang akar, batang, atau angin yang menyejukkan. Ia menemukan sesuatu yang jauh lebih sulit dipahami, ia seorang perempuan bernama Senja, mahasiswa sastra yang membawa puisi seperti senapan di punggungnya. 

Mereka bertemu di pos tiga, di antara pohon-pohon yang membisu, menghirup aroma kopi instan yang bercampur dengan embun pagi. Senja duduk di atas batu besar, buku lusuh di pangkuannya, bibirnya melafalkan kata-kata yang Kalendra tak mengerti, namun terasa indah.  

“Kau tahu,” ujar Senja, tatapannya tak teralihkan dari ufuk timur yang membara, “setiap gunung punya puisinya sendiri.”  

Kalendra mengerutkan dahi. “Puisinya? Maksudmu?”  

“Puncak adalah bait terakhir, tapi setiap langkah, setiap desah napas, adalah rima dan irama yang menyusun kisah.” Ia memalingkan wajah, menatap Kalendra yang masih terengah-engah di sampingnya. “Kau bisa mendengarnya kalau kau cukup tenang.”  

Kalendra tersenyum kecil, mencoba memahami cara pikir perempuan itu. Baginya, gunung hanyalah ekosistem. Tumbuhan dan tanah adalah fauna kecil yang bersembunyi di bawah bebatuan. Tapi cara Senja memandangnya, seolah gunung adalah hidup yang bernapas, berdetak, dan berbisik.

Di puncak, mereka berdua duduk berdampingan, menyaksikan dunia yang seperti dihias oleh tangan para dewa. Matahari terbenam di balik lautan awan, menciptakan lukisan warna jingga, merah, dan ungu yang melarutkan waktu.  

Kalendra mencuri pandang. Senja diam, tapi matanya penuh. Penuh perasaan yang tak bisa diterjemahkan oleh Kalendra, seperti sebuah buku dalam bahasa asing yang tak pernah ia pelajari.  

“Apa yang kau lihat di sana?” tanya Kalendra akhirnya.  

“Kerinduan,” jawab Senja pelan.  

“Kerinduan untuk apa?”  

“Untuk hal-hal yang tak bisa kumiliki, untuk rumah yang selalu kutinggalkan, untuk cerita yang tak pernah selesai.” Ia menghela napas, menyapu rambutnya yang diterpa angin. “Senja, di gunung selalu seperti itu. Mengingatkanmu pada hal-hal yang tak bisa kau genggam, hanya bisa kau tatap dari jauh.”  

Kalendra terdiam. Kata-kata itu menikam sesuatu di dadanya, sesuatu yang selama ini tak pernah ia sadari ada.  

“Pertumbuhan,” jawab Kalendra, hampir tanpa berpikir. “Semua ini, gunung ini, langit ini, bahkan aku, semuanya tumbuh. Perlahan, tak terlihat, tapi selalu berubah. Mungkin itulah gunung bagi kami, para petani.”  

Senja tersenyum kecil. “Pertumbuhan dan kerinduan. Kau tahu? Itu bisa jadi puisi yang bagus.”  

“Puisi? Aku tak bisa menulis puisi.”  

“Tentu bisa,” balas Senja. “Puisi tak selalu butuh rima. Kadang, ia hanya butuh keberanian untuk merasa.”  

Perjalanan turun menjadi hening. Di dalam hati Kalendra, sesuatu mulai berubah. Ia tak lagi hanya memandang gunung sebagai laboratorium alam. Ia mulai mendengar bisikan-bisikan kecil di balik dedaunan, seperti yang Senja katakan.  

Di sebuah persimpangan, sebelum jalan setapak membawa mereka kembali ke dunia yang lebih bising, Kalendra menahan langkahnya.  

“Senja,” panggilnya lirih.  

Perempuan itu menoleh, rambutnya berayun tertiup angin.  

“Terima kasih,” ujar Kalendra.  

“Untuk apa?”  

“Untuk mengajarkan aku mendengar.”  

Senja tersenyum, lalu berjalan menjauh, meninggalkan aroma hujan dan kata-kata yang tak pernah sempat terucap.  

Di dalam hati Kalendra, ia tahu, Senja adalah puisi yang takkan pernah selesai ia pahami. Dan mungkin, di situlah letak keindahannya.


Penulis          :  Oliviana Angelicha Effendy    
Penyunting : Luthfia Fanyna Amanda


Ideas

[Ideas][recentbylabel2]

Opini

[Opini][recentbylabel1]

Sastra

[Sastra][recentbylabel2]

Agenda

[Rilis][recentbylabel2]
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done