LPM Apresiasi | Kritis, Realistis, Demokratis
News Update
Loading...

Kabar Luar Kampus

[Kabar Luar Kampus][recentbylabel1]

Kabar Kampus

[Kabar Kampus][recentbylabel1]
Program Magang UNISRI di Humas Polres Karanganyar Dukung Pengembangan Kompetensi Mahasiswa

Program Magang UNISRI di Humas Polres Karanganyar Dukung Pengembangan Kompetensi Mahasiswa

 


 



Program magang menjadi salah satu sarana penting bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan ke dalam dunia kerja secara nyata. Kami; Safira Nur Annisa dan Dewani Puspa Sumarsono, mahasiswi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Slamet Riyadi—mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan magang di Seksi Humas Polres Karanganyar selama 40 hari sejak tanggal 3 November, hingga 23 Desember 2025.

Selama menjalani program magang, kami terlibat langsung dalam berbagai kegiatan kehumasan yang berperan penting dalam penyampaian informasi kepada masyarakat. Aktivitas utama yang kami lakukan setiap hari adalah mendokumentasikan berbagai kegiatan yang berlangsung di lingkungan Polres Karanganyar—baik kegiatan internal kepolisian maupun kegiatan pelayanan kepada masyarakat. Dokumentasi tersebut dilakukan dalam bentuk foto dan video sebagai bahan publikasi dan arsip Seksi Humas.

Selain dokumentasi, kami juga berperan dalam penyusunan laporan rencana kegiatan Seksi Humas, yang meliputi rencana kegiatan harian, mingguan, dan bulanan. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memastikan setiap kegiatan Humas berjalan secara terencana dan terorganisir. Kami juga terlibat dalam pembuatan laporan hasil kegiatan harian, mingguan, dan bulanan sebagai bentuk evaluasi dan pertanggungjawaban atas kegiatan yang telah dilaksanakan.

Melalui magang ini, kami memperoleh pemahaman mengenai peran strategis Humas dalam membangun citra positif institusi kepolisian. Kami juga belajar mengenai pentingnya ketelitian, kedisiplinan, kerja sama tim, serta kemampuan komunikasi dalam mendukung tugas-tugas kehumasan. Pengalaman ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana fungsi manajemen diterapkan secara langsung dalam lingkungan kerja pemerintahan, khususnya di bidang kehumasan.

 

Secara keseluruhan, kegiatan magang di Seksi Humas Polres Karanganyar memberikan pengalaman yang sangat berharga serta bermanfaat bagi pengembangan kompetensi kami sebagai mahasiswa. Pengalaman ini diharapkan dapat menjadi bekal dalam menghadapi dunia kerja serta mendorong kami untuk terus mengembangkan kemampuan profesional di masa mendatang.

 

Penulis: Safira Nur Annisa (22200404)

Penyunting: Adista Putri Revalina

Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Slamet Riyadi Surakarta Surakarta

 

“Jangan Terlalu Bersuara”: Cara Lama Membatasi Perempuan

“Jangan Terlalu Bersuara”: Cara Lama Membatasi Perempuan

 

(Sumber Foto: Oliviana Angelicha Effendy)

Sebagai seorang perempuan dan pemimpin, saya kerap mendapati bahwa tantangan terbesar bukan terletak pada keputusan yang harus diambil, melainkan pada cara kepemimpinan saya dinilai. Bukan berdasarkan kualitas gagasan atau dampak kerja, tetapi pada asumsi lama: perempuan dianggap terlalu emosional, terlalu vokal, dan karenanya perlu dikendalikan.

Saya mengalaminya secara langsung.

Ketika saya memfokuskan perhatian pada suatu isu—mengawal, mengulang, dan memastikan ia tidak dilupakan—respons yang datang justru pembatasan:

 “Kamu jangan terlalu vokal tentang urusan ini dan itu.”

Lalu ditutup dengan kalimat yang mereduksi segalanya:

 "Kamu itu perempuan, tidak usah berlebihan.”

Kalimat semacam ini bukan kritik profesional. Ia adalah penilaian moral yang dibungkus sebagai nasihat. Fokus perempuan dianggap obsesif. Keteguhan perempuan dicurigai sebagai emosi. Di sinilah kepemimpinan perempuan sering kali diuji bukan oleh hasil, melainkan oleh stigma.

 Lalu, untuk apa R.A. Kartini berjuang?

Kartini tidak menulis agar perempuan sekadar bisa membaca dan menulis. Ia menulis agar perempuan memiliki keberanian berpikir berbeda dan menyuarakannya, meski dianggap tidak patuh, tidak pantas, bahkan tidak wajar. Jika hari ini perempuan masih diminta menurunkan suara dan ambisi agar diterima, maka perjuangan itu jelas belum selesai.

Stigma terhadap perempuan tidak berhenti pada kata “emosional”. Ketika perempuan memilih jalan yang berbeda, ia kerap diberi label lain: perempuan liar, perempuan gila.

Padahal perempuan liar bukan berarti perempuan nakal.

Dan perempuan gila bukan berarti ia kehilangan akal sehat.

Label-label itu sering dilekatkan pada perempuan yang menolak tunduk pada jalur yang sudah ditentukan. Perempuan yang berani keluar dari pola, mengambil risiko, dan mengguncang kenyamanan. Mereka disebut liar karena tidak jinak. Disebut gila karena tidak mudah dikendalikan.

Padahal, sering kali merekalah yang mampu melihat kemungkinan lain, yang berani mengambil jalan berbeda untuk mengubah sesuatu. Sejarah perubahan tidak lahir dari kepatuhan mutlak, melainkan dari keberanian untuk menyimpang dari kebiasaan yang tidak adil.

Kita melihat bagaimana stigma ini bekerja nyata pada kasus Laras, yang dipenjara karena ikut bersuara dalam aksi demonstrasi atas meninggalnya almarhum Affan Kurniawan. Laras bukan kriminal. Ia adalah warga negara yang menggunakan haknya untuk bersuara. Namun, keberanian itu—terlebih datang dari tubuh perempuan—dianggap cukup berbahaya untuk dibungkam.

Kasus Laras memperlihatkan bahwa pembungkaman terhadap perempuan tidak selalu dimulai dari aparat. Ia dimulai dari cara masyarakat memandang perempuan yang bersuara: terlalu berani, terlalu jauh, terlalu melawan. Ketika stigma ini dinormalisasi, hukuman menjadi tampak wajar.

Padahal memvokalkan sesuatu bukan soal mencari perhatian. Bagi perempuan—terutama perempuan pemimpin—itu adalah bentuk tanggung jawab moral. Diam sering kali justru berarti ikut menjaga ketidakadilan tetap rapi.

Perempuan yang bersuara kerap disebut mengganggu.

Perempuan yang konsisten disebut keras kepala.

Perempuan yang memilih jalan berbeda disebut liar atau gila.

Namun, justru dari merekalah perubahan sering dimulai.

Kartini telah menunjukkan bahwa berpikir berbeda adalah keberanian.

Laras mengingatkan bahwa bersuara masih berisiko.

Dan hari ini, perempuan masih sering dihadapkan pada pilihan yang sunyi namun berat: menurunkan suara demi rasa aman, atau tetap bersuara meski berisiko dicap berlebihan. Pilihan ini tidak pernah sederhana, sebab di baliknya ada konsekuensi sosial, emosional, bahkan struktural yang harus ditanggung. Sebagai perempuan dan pemimpin, saya belajar bahwa keberanian tidak selalu hadir dalam bentuk perlawanan yang keras. Terkadang ia hadir sebagai keteguhan untuk tidak mengecilkan diri. Untuk tetap berdiri, tetap fokus, dan tetap bersuara ketika ketidakadilan meminta kehadiran nurani. Bukan karena ingin melawan siapa pun, melainkan karena memilih setia pada nilai yang diyakini.

Suara perempuan bukan ancaman. Ia adalah penanda kehidupan yang terus bergerak. Yang kerap merasa terancam justru sistem yang terlalu lama nyaman dengan keheningan, dengan kepatuhan yang tak pernah dipertanyakan.

  

Penulis: Oliviana Angelicha Effendy

Pentunting: Lathifah An Najla


Di Antara Nama yang Tak Pernah Pergi

Di Antara Nama yang Tak Pernah Pergi

 Di Antara Nama yang Tak Pernah Pergi 


sumber: pinterest


Enam tahun yang lalu, dunia mereka masih terbatas oleh halaman sekolah dan jadwal pelajaran. Seragam SMP menggantung longgar di tubuh dan perasaan belum tahu harus dijuluki apa. Di tahun itu—2019—mereka berpisah dengan cara paling rapi: tanpa pertengkaran, tanpa janji untuk saling menunggu.

Laki-laki itu memilih pergi ke luar Jawa demi pendidikan.

Perempuan itu memilih tersenyum, seolah kepergian tidak akan menetap lama di dadanya.

Perpisahan itu baik-baik saja.

Terlalu baik untuk dua hati yang belum paham caranya kehilangan.

Waktu berjalan, seperti yang selalu ia lakukan.

Dan perempuan itu tumbuh.

Ia belajar berdiri tanpa sandaran, berjalan tanpa genggaman. Ia jatuh dan bangkit dalam sunyi, menguatkan diri sendiri di malam-malam panjang. Namun, bahkan dalam sepi, ia tidak pernah menyebut laki-laki itu sebagai luka. Baginya, ia adalah laki-laki yang baik—terlalu baik untuk disimpan sebagai pahit, terlalu lembut untuk dijadikan sesal.

Awal kuliah, takdir mempertemukan mereka kembali di halaman SMP lama. Bangunan itu masih sama, hanya mereka yang berubah. Laki-laki itu menatap perempuan lama, seolah sedang membaca perjalanan yang tak pernah ia dampingi.

Terima kasih,” katanya pelan.

Kamu sudah bertahan sejauh ini. Kamu bertumbuh, berkembang.. dan kamu bersinar.”

 

Kalimat itu jatuh seperti cahaya kecil di dada perempuan—hangat, tapi datang setelah gelapnya selesai.

Aku bangga melihat kamu sekarang,” lanjutnya.

Lalu dengan suara yang lebih lirih, ia berkata,

Terima kasih juga.. karena tanpa kamu sadar, kamu pernah jadi alasan aku untuk selalu berdoa hal-hal baik. Kamu bikin aku percaya bahwa sesuatu yang baik itu benar-benar ada.”

Ada sesuatu yang bergerak pelan dari dada perempuan itu menuju matanya, lalu berhenti di sana. Tidak tumpah, tapi cukup untuk membuat dunia sejenak buram. Ia menarik napas lebih dalam dari yang ia butuhkan, lalu tersenyum—senyum seseorang yang sudah belajar menerima tanpa berharap.

Maaf… aku nggak bisa menemani kamu tumbuh,” kata laki-laki itu menunduk.

Perempuan itu mengangguk pelan. Dalam diamnya, ia tahu; laki-laki itu tidak pernah salah. Ia hanya tidak ditakdirkan tinggal.

Sejak hari itu, mereka kembali saling menyapa. Pesan singkat, obrolan ringan, saling menguatkan tanpa pernah menyebut sesuatu yang masih hidup di sela-sela diam. Perempuan itu tahu, laki-laki itu datang bukan untuk menetap, melainkan untuk mengagumi apa yang telah tumbuh tanpanya.

Ada satu hal yang tak pernah ia katakan pada siapa pun; nama laki-laki itu selalu hidup di karyanya. Terselip di judul-judul samar, berdiam di kalimat-kalimat yang tak pernah selesai. Bukan sebagai luka, bukan pula sebagai tokoh utama—melainkan sebagai metafora tentang sesuatu yang pernah hangat, namun tidak ditakdirkan menetap.

Suatu hari, di antara pertemuan yang biasa saja, seorang teman lama menyebut namanya. Dengan nada ringan, seolah sedang membicarakan hal kecil.

Kamu tahu nggak,” katanya,

dia sebentar lagi tunangan.”

Kalimat itu tidak dimaksudkan untuk melukai, namun tetap menemukan jalannya ke dada perempuan itu. Waktu terasa melambat. Udara menjadi berat. Ada sesuatu yang kembali bergerak menuju matanya, lalu berhenti di sana—tak jatuh, tapi cukup untuk mengaburkan pandangan.

Ia tersenyum seperlunya. Mengangguk kecil. Seolah kabar itu hanyalah cerita tentang orang lain. Padahal, di dalam dirinya, ada sesuatu yang sedang belajar pamit tanpa suara.

Malam itu, perempuan itu membuka kembali tulisannya. Nama itu masih ada. Masih tinggal, masih lembut. Ia tidak menghapusnya.

Karena ada orang yang tidak datang untuk dimiliki, melainkan untuk mengajarkan bahwa sesuatu yang baik pernah ada.

Dan di antara semua yang pernah datang dan pergi, laki-laki itu akan selalu menjadi satu hal yang sama:

nama yang tak pernah ia sebut dengan sedih,

namun selalu ia simpan bersama doa-doa yang baik.

 

Penulis: Oliviana Angelicha Effendy

Penyunting: Adista Putri Revalina


Penemuan Bayi Tewas Gegerkan Jebres Solo, Pelaku Berhasil Diamankan

Penemuan Bayi Tewas Gegerkan Jebres Solo, Pelaku Berhasil Diamankan

Penemuan Bayi Tewas Gegerkan Jebres Solo, Pelaku Berhasil Diamankan
 


Sumber ilustrasi foto : google


SOLO — Suasana kawasan Jebres, Kota Solo, mendadak geger setelah warga menemukan seorang bayi laki-laki dalam kondisi tidak bernyawa di depan sebuah indekos, Senin (22/12/2025) sekitar pukul 10.30. Bayi tersebut diduga ditinggalkan pelaku beberapa jam sebelum akhirnya ditemukan warga. Hasil penelusuran sementara mengungkapkan, pelaku berinisial SA (22) diduga melahirkan bayi tersebut seorang diri di kamar indekosnya pada malam hari tanpa sepengetahuan penghuni lain. Persalinan dilakukan tanpa bantuan medis maupun pihak lain. 
Tak lama setelah dilahirkan, bayi diketahui menangis. Kondisi itu membuat pelaku panik hingga melakukan kekerasan terhadap bayi, termasuk dengan menutup mulut bayi dan tindakan lain yang bertujuan menghentikan tangisan. 

Bayi dibungkus menggunakan plastik yang digulung bersama jaket dan selimut, kemudian dimasukkan ke dalam kardus. Saat dimasukkan ke dalam kardus, bayi masih dalam keadaan hidup dengan tali pusar yang masih menempel. Kardus tersebut lalu diletakkan di depan salah satu kamar indekos yang berada tak jauh dari tempat tinggal pelaku.
Sekitar 10 jam setelah ditinggalkan, bayi tersebut ditemukan warga dalam keadaan meninggal dunia. Jenazah kemudian dievakuasi ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan medis. 

Pelaku SA (22) berhasil diamankan sekitar lima jam setelah jasad bayi ditemukan, tepatnya (23/12/2025)  pukul 15.30 WIB. Penangkapan dilakukan di kamar indekos pelaku yang lokasinya berada tepat di seberang tempat penemuan bayi. Peristiwa ini memicu keprihatinan warga sekitar dan menjadi perbincangan di lingkungan permukiman Jebres, Kota Solo.

Penulis: Oliviana Angelicha Effendy
Penyunting: Lathifah An Najla
Pelaksanaan Magang Kerja Mahasiswa di DPRD Kabupaten Sragen

Pelaksanaan Magang Kerja Mahasiswa di DPRD Kabupaten Sragen

 

Pelaksanaan Magang Kerja Mahasiswa di DPRD Kabupaten Sragen

Dokumentasi: Pramesti Indikasari

Magang kerja merupakan bagian krusial dalam proses pembelajaran mahasiswa sebagai sarana mengaplikasikan pengetahuan teoretis ke dalam praktik kerja nyata. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pramesti Indikasari, mahasiswa Universitas Slamet Riyadi Surakarta, di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sragen. Pelaksanaan magang berlangsung mulai tanggal 3 November hingga 23 Desember 2025. Selama periode tersebut, mahasiswa terlibat langsung dalam berbagai aktivitas administrasi perkantoran yang mendukung kegiatan operasional dan kelembagaan DPRD Kabupaten Sragen.

Lingkup kegiatan magang meliputi pengelolaan surat masuk dan keluar, disposisi surat, pengarsipan dokumen, pembuatan kuitansi dan Surat Pertanggungjawaban (SPJ), pendataan buku tamu, serta dokumentasi kegiatan pimpinan DPRD Kabupaten Sragen. Selain itu, mahasiswa turut serta dalam kegiatan rutin instansi, seperti apel pagi, dan membantu penyusunan resume kegiatan pimpinan. Seluruh tugas dilaksanakan sesuai arahan pembimbing dan staf terkait, sehingga rangkaian kegiatan magang dapat berjalan lancar tanpa hambatan.

Pelaksanaan magang kerja di DPRD Kabupaten Sragen memberikan pengalaman konkret bagi mahasiswa dalam memahami sistem birokrasi pemerintahan, khususnya di bidang administrasi perkantoran. Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya memperoleh keterampilan teknis, tetapi juga mengembangkan sikap profesional, kedisiplinan, rasa tanggung jawab, serta kemampuan adaptasi di lingkungan kerja formal. Dengan demikian, magang kerja menjadi sarana efektif untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa sebagai bekal menghadapi dunia kerja pasca-pendidikan di perguruan tinggi.

Penulis: Pramesti Indikasari - Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Penyunting: Luthfia Fanyna Amanda

 

Artikel Jurnal Berita Magang Kerja

Artikel Jurnal Berita Magang Kerja


(Sumber foto : Riska Cindy Mefta Della)

Riska Cindy Mefta Della, mahasiswa Universitas Slamet Riyadi Surakarta, telah melaksanakan kegiatan magang kerja di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sragen. Kegiatan magang ini berlangsung sejak tanggal 3 November hingga 23 Desember 2025 dan bertempat di lingkungan Sekretariat DPRD Kabupaten Sragen.

Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan sebagai bagian dari pemenuhan kewajiban akademik mahasiswa sekaligus sebagai sarana untuk memperoleh pengalaman kerja secara langsung di instansi pemerintahan. Selama pelaksanaan magang, Riska Cindy Mefta Della terlibat dalam berbagai aktivitas administrasi dan kelembagaan yang mendukung tugas dan fungsi DPRD.

Selama masa magang, berbagai kegiatan yang dilakukan meliputi mengikuti apel rutin pagi, menerima dan mengelola surat masuk, mengantar surat disposisi ke bagian terkait, membantu kegiatan sekretariat pimpinan, merekap dokumen keuangan, membuat kwitansi operasional, menyusun resume kegiatan, hingga membantu persiapan dan dokumentasi kegiatan Ketua DPRD Kabupaten Sragen. Selain itu, mahasiswa magang juga diberikan kepercayaan untuk menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengaturan Driver Pimpinan dan Sekretariat.

Pelaksanaan magang kerja ini memberikan pengalaman yang bermanfaat dalam memahami sistem kerja birokrasi pemerintahan, khususnya di lingkungan DPRD Kabupaten Sragen. Seluruh rangkaian kegiatan berjalan dengan lancar dan dilaksanakan sesuai dengan arahan serta bimbingan dari staf dan pejabat terkait.

Melalui kegiatan magang kerja ini, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan administrasi, meningkatkan kedisiplinan, serta memiliki gambaran nyata mengenai dunia kerja, sehingga dapat menjadi bekal yang berguna setelah menyelesaikan pendidikan di Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

 

Penulis            : Riska Cindy Mefta Della

Penyunting      : Fahra Nautisya Octavia Hany

PELAKSANAAN MAGANG KERJA MAHASISWA UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA DI DPRD KABUPATEN SRAGEN

PELAKSANAAN MAGANG KERJA MAHASISWA UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA DI DPRD KABUPATEN SRAGEN

 

(Foto : Hilma Ayu Farah Adiba)


Sragen — Program magang kerja merupakan salah satu bentuk implementasi pembelajaran berbasis pengalaman yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa melalui keterlibatan langsung di dunia kerja. Kegiatan magang ini diikuti oleh mahasiswa Universitas Slamet Riyadi Surakarta, yaitu Hilma Ayu Farah Adiba, di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sragen.

Pelaksanaan magang kerja berlangsung selama kurang lebih dua bulan, terhitung sejak tanggal 3 November hingga 23 Desember 2025. Selama periode tersebut, mahasiswa ditempatkan di beberapa bidang, antara lain bidang keuangan, bidang umum, dan bidang fasilitasi, sesuai dengan kebutuhan dan pembagian tugas yang telah ditentukan oleh pihak instansi.

Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan di kantor DPRD Kabupaten Sragen dengan tujuan memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa mengenai sistem kerja dan tata kelola administrasi pemerintahan. Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami prosedur kerja, meningkatkan keterampilan administratif, serta membangun sikap disiplin dan tanggung jawab dalam lingkungan kerja profesional.

Selama pelaksanaan magang, mahasiswa terlibat langsung dalam berbagai aktivitas administrasi perkantoran, seperti pengelolaan surat masuk dan surat keluar, pengarsipan dokumen, pemindaian dan pengecekan berkas Surat Pertanggungjawaban (SPJ), penginputan data buku tamu, pembuatan daftar kegiatan, hingga pendampingan proses administrasi kedinasan. Selain itu, mahasiswa juga mengikuti kegiatan rutin seperti apel pagi dan membantu proses pengesahan dokumen dengan pihak terkait.

Seluruh rangkaian kegiatan magang kerja berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Bimbingan dari staf dan pegawai DPRD Kabupaten Sragen turut menunjang kelancaran pelaksanaan tugas yang diberikan kepada mahasiswa. Melalui kegiatan ini, mahasiswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman praktis yang tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga aplikatif sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Dengan demikian, pelaksanaan magang kerja di DPRD Kabupaten Sragen memberikan manfaat yang signifikan bagi mahasiswa Universitas Slamet Riyadi Surakarta, khususnya dalam meningkatkan kompetensi, wawasan, dan kesiapan menghadapi dunia kerja setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.

 

Penulis: Hilma Ayu Farah Adiba

Penyunting: Nazuwa Basalwa

Keamanan parkir UNISRI dan Kewaspadaan Mahasiswa terus ditingkatkan

Keamanan parkir UNISRI dan Kewaspadaan Mahasiswa terus ditingkatkan

 Kasus kehilangan helm di UNISRI masih berpotensi terjadi: Perbaikan cctv dan kewaspadaan Mahasiswa terus didorong

sumber ilustrasi : Gama 


SURAKARTA, 22 Desember 2025 — Kasus kehilangan helm masih ditemukan di lingkungan Universitas Slamet Riyadi (UNISRI), khususnya di sejumlah titik parkir yang berada di luar area resmi kampus. Meski tidak tergolong sering dan belum menunjukkan tren peningkatan signifikan, peristiwa ini tetap menjadi perhatian bersama antara mahasiswa, petugas parkir, dan satuan pengamanan (satpam), terutama terkait kewaspadaan serta sistem pengamanan parkir.

Berdasarkan keterangan Satuan Pengamanan UNISRI, sebagian besar laporan kehilangan helm berasal dari mahasiswa yang memarkir kendaraan di area luar kampus atau di sepanjang jalan umum yang tidak berada dalam pengawasan langsung petugas. Faktor lokasi parkir dinilai menjadi penyebab utama terjadinya kehilangan. “Kasus kehilangan helm itu ada, tapi tidak sering. Kebanyakan terjadi di luar area kampus atau di jalan umum yang memang tidak sepenuhnya terpantau,” ujar salah satu satpam UNISRI saat ditemui, Kamis (18/12/2025).

Satpam lainnya menambahkan bahwa laporan kehilangan terakhir diterima sekitar pekan ini di area sekitar kantin dan Pusat Bahasa. Selain helm, petugas juga kerap menerima laporan kehilangan barang lain seperti jaket atau dompet, meski sebagian besar laporan disampaikan secara lisan tanpa bukti pendukung. Menurutnya, apabila kendaraan diparkir di luar jalan umum, risiko kehilangan memang lebih tinggi karena berada di luar pengawasan petugas kampus. Dari sisi pengawasan teknis, satpam mengakui masih terdapat kendala pada sistem kamera pengawas (CCTV). Hingga pertengahan Desember 2025, tercatat terdapat delapan unit CCTV yang tidak berfungsi di sejumlah titik strategis kampus, seperti area parkir, gerbang, hingga sekitar kantin. Pihak keamanan telah mengajukan perbaikan CCTV tersebut pada 17 Desember 2025 dan menunggu tindak lanjut dari pihak terkait. Kondisi ini berdampak pada keterbatasan penelusuran apabila terjadi laporan kehilangan, terutama ketika posisi parkir tidak terjangkau kamera atau kamera dalam kondisi tidak aktif.

Suasana parkir timur kampus UNISRI. Sumber foto : Lusia Reporter LPM Apresiasi 

Sementara itu, petugas parkir kampus UNISRI, Pak Hayat, menyampaikan bahwa kasus kehilangan helm di area parkir kampus tergolong jarang. Dalam banyak laporan, helm yang dikira hilang ternyata terjatuh, tertukar, atau dipindahkan oleh orang lain karena mengganggu kendaraan lain.

“Kalau yang benar-benar hilang sampai tidak kembali itu jumlahnya sedikit. Banyak juga yang akhirnya ketemu lagi di parkiran lain,” ujarnya. Menurutnya, area parkir utama relatif lebih aman karena lalu lintas orang cukup ramai. Area yang lebih rawan justru berada di luar pagar kampus, sekitar perpustakaan, atau di sudut parkiran yang tidak terpantau langsung CCTV.

Dari sisi mahasiswa, beberapa korban mengaku kehilangan helm dalam waktu singkat di lokasi yang ramai. Salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik berinisial A kehilangan helm saat memarkir sepeda motor di depan perpustakaan untuk mengikuti perkuliahan dan salat Zuhur.

“Saya taruh helm di spion motor dan ditinggal sekitar dua jam. Waktu kembali, helm sudah tidak ada, tapi motor masih di tempat,” ujarnya.

Mahasiswa lain juga melaporkan kehilangan helm saat memarkir kendaraan di sekitar koperasi dan area luar kampus selama kurang dari 20 menit. Kondisi sekitar yang ramai membuat korban tidak merasa curiga sebelum menyadari helmnya hilang. Beberapa korban menyebut keterbatasan lahan parkir di dalam kampus membuat mahasiswa terpaksa memarkir kendaraan di luar area resmi.

Menanggapi kondisi tersebut, Bidang Kemahasiswaan (BINWA) Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) menyatakan bahwa hingga saat ini pihaknya belum pernah menerima laporan kehilangan helm maupun barang pribadi mahasiswa secara resmi dan tertulis. Informasi kehilangan yang diketahui selama ini umumnya hanya bersifat lisan dan tidak langsung, baik dari mahasiswa lain, pihak satpam, maupun kantin, sehingga data yang diterima kerap tidak lengkap. Perwakilan BINWA menjelaskan bahwa mekanisme pelaporan kehilangan barang di lingkungan kampus selama ini lebih banyak ditangani oleh satuan pengamanan. Bidang kemahasiswaan baru akan terlibat apabila terdapat koordinasi lintas bidang, misalnya dengan bidang IT atau pimpinan kampus, dan tidak terlibat langsung dalam proses investigasi teknis kehilangan barang.

BINWA juga menilai bahwa sebagian besar kasus kehilangan helm terjadi di luar area parkir resmi kampus. Oleh karena itu, mahasiswa diimbau untuk memarkir kendaraan di area yang telah disediakan guna meminimalkan risiko kehilangan. Terkait fasilitas parkir, pihak kampus menyebut bahwa wacana pembangunan area parkir bertingkat telah muncul sejak beberapa waktu lalu. Namun, hingga saat ini rencana tersebut masih berupa perencanaan dan belum dapat dipastikan realisasinya karena masih menunggu kajian serta keputusan pimpinan kampus

Hingga kini, BINWA mengakui belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) tertulis yang secara khusus mengatur pelaporan dan penanganan kehilangan barang mahasiswa. Ke depan, pihak kampus berkomitmen mendorong penyusunan atau peninjauan SOP tersebut agar alur pelaporan lebih jelas dan mudah dipahami mahasiswa. Sebagai penutup, pihak kampus mengimbau mahasiswa untuk meningkatkan kewaspadaan dengan mengunci helm, tidak meninggalkan barang berharga sembarangan, serta memanfaatkan parkiran resmi.

 

Penulis             : Reporter LPM Apresiasi

Penyunting      : Oliviana dan Fahra

Mahasiswa UNISRI Jalani Program Magang sebagai Shop Assistant di YESZY.MFG Collective

Mahasiswa UNISRI Jalani Program Magang sebagai Shop Assistant di YESZY.MFG Collective


(Sumber foto: Choirul Abdul Karim)

 

SURAKARTA — Mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Slamet Riyadi (UNISRI), Choirul Abdul Karim, telah menyelesaikan kegiatan magang di YESZY.MFG Collective pada periode 3 November hingga 23 Desember 2025. Program magang ini memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam bidang pelayanan pelanggan dan pengelolaan operasional ritel.

Selama menjalani program magang, Choirul Abdul Karim berfokus pada pelayanan personal kepada pelanggan sebagai shop assistant. Ia bertugas menyambut dan melayani pelanggan yang datang ke store, serta membantu memberikan informasi produk secara detail, termasuk mengenai jenis produk, ukuran, dan rekomendasi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Selain pelayanan kepada pelanggan, Choirul juga terlibat dalam penanganan transaksi pembelian, memastikan proses pembayaran berjalan secara tertib dan akurat. Ia turut membantu dalam pengelolaan stok dan penataan display barang, sehingga produk tersusun rapi dan menarik bagi pelanggan. Selain itu menjaga kerapian serta kenyamanan area penjualan juga menjadi salah satu tanggung jawab yang dilaksanakan selama masa magang.

 

(Sumber foto: Choirul Abdul Karim) 

Melalui kegiatan magang ini, Choirul memperoleh pemahaman praktis mengenai pentingnya pelayanan prima, komunikasi efektif dengan pelanggan, serta penerapan manajemen ritel secara langsung. Pengalaman tersebut diharapkan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa, khususnya dalam menghadapi dunia kerja di bidang bisnis dan pemasaran.

 

Program magang ini menjadi salah satu upaya Universitas Slamet Riyadi dalam menjembatani teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktik kerja nyata. Dengan keterlibatan langsung di YESZY.MFG Collective, mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan sikap profesional, tanggung jawab, serta kesiapan kerja di lingkungan industri ritel.

 

Penulis: Choirul Abdul Karim

Penyunting: Chintya Alinda R


Magang di YESZY.MFG Collective, Mahasiswa UNISRI Perdalam Pengalaman Pelayanan Pelanggan

Magang di YESZY.MFG Collective, Mahasiswa UNISRI Perdalam Pengalaman Pelayanan Pelanggan


(Sumber Foto : Ibnu)

 

Surakarta — Ibnu Mas’ud Hidayatullah, mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Slamet Riyadi (UNISRI), melaksanakan kegiatan magang di yeszy.mfg collective selama periode 3 November hingga 23 Desember 2025. Program magang ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memahami secara langsung dinamika kerja di bidang ritel.

 

Selama magang, Ibnu terlibat dalam aktivitas pelayanan di toko dengan peran sebagai shop assistant. Ia membantu melayani pelanggan, mulai dari menyambut pengunjung hingga memberikan informasi terkait produk yang tersedia. Ibnu juga membantu pelanggan dalam memilih ukuran dan memberikan masukan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

 

Selain berinteraksi dengan pelanggan, Ibnu turut membantu kelancaran operasional toko. Ia terlibat dalam proses transaksi penjualan, pengecekan dan penataan stok barang, serta pengaturan display produk agar tetap rapi dan menarik. Perhatian terhadap detail dan kerapian menjadi bagian penting dari tanggung jawab yang dijalankan selama magang.

 

Melalui kegiatan ini, Ibnu mendapatkan pengalaman berharga mengenai dunia kerja ritel, khususnya dalam hal pelayanan, ketelitian, dan tanggung jawab. Ia juga belajar mengatur waktu, bekerja sesuai prosedur, serta beradaptasi dengan lingkungan kerja yang dinamis.

 

Pengalaman magang di yeszy.mfg collective diharapkan dapat menjadi bekal bagi mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan kerja dan kesiapan profesional. Program ini sekaligus menjadi sarana pembelajaran praktis yang mendukung pengembangan kompetensi mahasiswa Universitas Slamet Riyadi.

(sumber foto : Ibnu)

 

Penulis            : Ibnu

Penyunting      : Fahra Nautisya O.H

Mahasiswa UNISRI Jalani Magang Ritel dan Terlibat dalam Aktivitas Operasional Toko

Mahasiswa UNISRI Jalani Magang Ritel dan Terlibat dalam Aktivitas Operasional Toko

 

928ab8d8be82ab5a9d190f977d3b58c2.jpg

(Sumber foto: Noverio)

Surakarta — Noverio Adnan Adikta, mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Slamet Riyadi (UNISRI), mengikuti kegiatan magang di yeszy.mfg collective pada periode 3 November hingga 23 Desember 2025. Melalui program ini, mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk memahami praktik kerja di bidang ritel secara langsung.

 

Selama menjalani magang, Noverio berperan sebagai shop assistant yang membantu berbagai aktivitas di area penjualan. Ia terlibat dalam pelayanan pelanggan, mulai dari menyambut pengunjung hingga membantu menjelaskan produk yang tersedia di toko. Selain itu, Noverio juga membantu pelanggan dalam memilih ukuran dan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

 

Tidak hanya berfokus pada pelayanan, Noverio turut mendukung kegiatan operasional toko. Ia membantu proses transaksi pembelian, melakukan pengecekan serta penataan stok barang, dan ikut menjaga tampilan display produk agar tetap tertata dengan baik. Kerapian area penjualan menjadi salah satu perhatian utama selama kegiatan magang berlangsung.

 

Melalui pengalaman tersebut, Noverio memperoleh pemahaman mengenai alur kerja toko serta pentingnya ketelitian dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas. Program magang ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai dunia kerja dan menjadi bekal dalam mengembangkan keterampilan profesional di masa mendatang.

2e8f2d96b2095c67e7a7fe143fcbfa3b.jpg

(Sumber foto: Noverio)

Penulis: Noverio

Penyunting: Ghulamy Tathmainul Qalby

MAHASISWA UNISRI DAPAT PEMBELAJARAN NYATA DI BIDANG RITEL MELALUI PROGRAM MAGANG

MAHASISWA UNISRI DAPAT PEMBELAJARAN NYATA DI BIDANG RITEL MELALUI PROGRAM MAGANG

 

(sumber foto: Johanes Ferdito Adinugraha )

 

Surakarta — Johanes Ferdito Adinugraha, mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Slamet Riyadi (UNISRI), mengikuti program magang di yeszy.mfg collective pada periode 3 November hingga 23 Desember 2025. Kegiatan ini menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk mengenal dunia kerja secara langsung, khususnya di bidang ritel dan pelayanan pelanggan.

 

Dalam pelaksanaan magang, Johanes menjalankan peran sebagai shop assistant yang berinteraksi langsung dengan pelanggan di area penjualan. Ia membantu melayani customer yang datang, memberikan penjelasan mengenai produk, serta membantu menentukan pilihan ukuran dan barang sesuai kebutuhan. Aktivitas ini melatih kemampuan komunikasi dan sikap pelayanan yang profesional.

 

Johanes juga terlibat dalam proses operasional toko lainnya, seperti membantu transaksi pembelian, menata ulang produk di area display, serta memastikan stok barang tersusun dengan baik. Selain itu, ia turut menjaga kerapian dan kenyamanan area store agar pelanggan merasa nyaman saat berbelanja.

 

Melalui pengalaman magang ini, Johanes memperoleh banyak pembelajaran praktis, mulai dari cara menghadapi berbagai karakter pelanggan hingga memahami pentingnya kerja sama tim dalam menjalankan aktivitas toko sehari-hari. Pengalaman tersebut menjadi pelengkap pembelajaran teori yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan.

 

Program magang ini diharapkan dapat membekali mahasiswa dengan kesiapan kerja yang lebih matang, sekaligus meningkatkan pemahaman terhadap dunia industri ritel. Dengan adanya pengalaman langsung di lapangan, mahasiswa UNISRI diharapkan mampu beradaptasi dan bersikap profesional ketika memasuki dunia kerja di masa mendatang.

 

(sumber foto: Johanes Ferdito Adinugraha )

 

 

Penulis: Johanes Ferdito Adinugraha

Penyuting: Fita Madjid

MAHASISWA UNISRI DAPAT PENGALAMAN LANGSUNG DUNIA RITEL LEWAT PROGRAM MAGANG DI YESZY.MFG COLLECTIVE

MAHASISWA UNISRI DAPAT PENGALAMAN LANGSUNG DUNIA RITEL LEWAT PROGRAM MAGANG DI YESZY.MFG COLLECTIVE


( sumber foto : Aulia Putri Maulana )

 

 

Surakarta — Aulia Dwi Putri Maulana, mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Slamet Riyadi (UNISRI), mengikuti program magang di yeszy.mfg collective pada periode 3 November hingga 23 Desember 2025. Melalui kegiatan tersebut, Aulia mendapatkan pengalaman kerja langsung di bidang ritel dengan menjalankan peran sebagai shop assistant.

 

Selama menjalani magang, Aulia terlibat dalam aktivitas pelayanan pelanggan di area store. Tugas yang dijalankannya meliputi menyambut pelanggan yang datang, membantu menjelaskan produk, serta memberikan saran terkait ukuran dan pilihan barang yang sesuai dengan kebutuhan customer. Interaksi langsung dengan pelanggan menjadi pengalaman penting bagi Aulia dalam melatih kemampuan komunikasi dan pelayanan.

 

Selain berfokus pada pelayanan, Aulia juga membantu proses transaksi pembelian dan memastikan alur pembayaran berjalan dengan lancar. Ia turut berperan dalam pengelolaan stok barang, penataan display produk, serta menjaga kerapian area penjualan agar suasana toko tetap nyaman dan menarik bagi pelanggan.

 

Menurut Aulia, pengalaman magang tersebut memberikan gambaran nyata tentang dunia kerja, khususnya di bidang bisnis ritel. Melalui kegiatan ini, ia belajar untuk bekerja secara teliti, responsif terhadap kebutuhan pelanggan, serta mampu bekerja sama dalam tim. Pengalaman tersebut menjadi bekal berharga yang melengkapi pembelajaran teori yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan.

 

Program magang ini diharapkan dapat membantu mahasiswa UNISRI dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja secara profesional, sekaligus meningkatkan kesiapan dan kepercayaan diri sebelum terjun ke dunia industri.

 

( sumber foto: Aulia Putri Maulana )

 

 

 

Penulis : Aulia Putri Maulana

Penyunting : Nazuwa Basalwa 

Ideas

[Ideas][recentbylabel2]

Opini

[Opini][recentbylabel1]

Sastra

[Sastra][recentbylabel2]

Agenda

[Rilis][recentbylabel2]
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done