Negeri yang Menangis - LPM Apresiasi | Kritis, Realistis, Demokratis
News Update
Loading...

Negeri yang Menangis

 

Sumber: Blogspot

Angin malam menusuk tulang, menyapu jalanan ibu kota yang dipenuhi lautan manusia. Ribuan mahasiswa berkumpul di depan gedung pemerintahan, poster-poster mencuat ke udara, suara mereka menggema menembus kebisuan beton.

"Kami menuntut keadilan! Pendidikan bukan barang mewah!" teriak seorang mahasiswa berjaket almamater lusuh, wajahnya menyala dalam semangat.

Di barisan depan, seorang gadis dengan mata berbinar menatap lurus aparat di hadapannya. "Pak, kami hanya ingin belajar. Mengapa harus sulit? Mengapa dana pendidikan dikorbankan?" suaranya bergetar, namun tak ada jawaban.

Di sisi lain negeri, hujan deras menghantam desa kecil. Tanah yang letih tak lagi mampu menahan derita, longsor menelan rumah-rumah yang rapuh. Jerit tangis mengudara, seorang ibu menggali lumpur dengan tangan kosong, berharap menemukan anaknya yang terperangkap.

"Tolong! Anak saya ada di sana!" suaranya pecah, bergema bersama suara hujan yang jatuh seperti tangisan langit.

Di sebuah sekolah reyot, seorang guru tua menghela napas, menatap anak-anak didiknya yang berdesakan di ruang kelas yang hampir rubuh.  "Pak, kapan buku kami datang?" tanya seorang bocah dengan mata penuh harapan. Sang guru tersenyum pahit. "Mungkin nanti, Nak. Mungkin nanti."

Di gedung megah yang berkilauan, orang-orang berdasi mengangkat gelas kristal, merayakan proyek baru yang menguras anggaran rakyat. "Kita perlu membangun sesuatu yang besar!" seru salah satu dari mereka, diiringi tawa puas.

Di jalanan ibu kota, suara gas air mata memecah protes. Mahasiswa terbatuk, berlari, namun tak menyerah. Seorang pemuda tersungkur, tangannya meraih poster yang kini tercabik, bertuliskan, "Pendidikan adalah hak, bukan kemewahan!"

Langit menatap dengan muram. Negeri ini menangis, luka menganga, namun masih ada yang berjuang. Di suatu sudut desa, seorang anak kecil masih membaca buku dengan cahaya lilin, berharap esok lebih baik dari hari ini.


Penulis        : Oliviana Angelicha Effendy

Penyunting : Luthfia Fanyna Amanda

Share with your friends

Give us your opinion
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done