Foto: Wicaksono Puji |
Jarum jam Pasar Gede menunjukan pukul 19.20 WIB.
Bak semut yang memadati gula, para pengunjung tumpah ruah memadati Pasar Gede
sampai Balai Kota Surakarta. Sajian ornamen lampion membuat daya tarik
pengunjung mengabadikan momen tahun baru Imlek dengan penuh gembira. Kemacetan
lalu lintas tak terelakan, membuat pengguna jalan raya memilih jalan
alternatif.
Tepat berada di depan Balai Kota terdapat
ornamen Macan Air yang menjadi pusat perhatian pengunjung mempotret momen Imlek
di Kota Surakarta. Terdapat tulisan "2573 Xin Nian Kuaile" yang
artinya Tahun Baru Imlek 2573. Seperti Nur Kholis (30) mengajak anak serta
suami untuk foto keluarga dengan ornamen Macan Air. Ia menantikan perayaan
lampion di Kota Surakarta kembali dirayakan sejak minggu kemarin.
Himbauan kepada para pengunjung santer terdengar
dari megafon Kepolisian serta Pemerintah Kota Surakarta. Ada dua himbauan yang
kerap diutarakan, seperti "Jaga jarak dan selalu memakai masker" dan
"Bahaya copet yang selalu mengintai di kerumunan massa". Suara
megafon tersebut kerap muncul 15 menit sekali.
Perayaan tahun baru Imlek jatuh pada 1 Februari
2022. Namun, sejak 30 Januari para pengunjung sudah banyak menyaksikan
ornamen lampion. Malam puncak terjadi pada malam Imlek sendiri pada 31 Januari.
Peringatan agar membubarkan diri terjadi pada pukul 22.00, aparat mulai terjun
ke lapangan membubarkan kerumunan.
Perayaan Imlek tahun ini membawa berkah bagi
Riyanto (51), penjaga parkir di depan kantor Bank Indonesia. Mangkal sejak
pukul 19.00 sampai kerumunan pengunjung reda. Riyanto meraup uang bersih sebanyak
150 ribu per malam. Hasil keseluruhan parkir akan dibagi hasil kepada pengelola
parkir yang lain. Ia mensyukuri perayaan Imlek tahun ini diberi kelonggaran
dari pemerintah untuk sekadar menyaksikan ornamen lampion di Balai Kota.
"Dua tahun belakangan tidak ada perayaan
Imlek, tahun kemarin jangka waktunya lama sampai 1 minggu sebelum lmlek sudah
ada penutupan," kata Riyanto, sembari membenarkan barisan parkir sepeda
motor, pada Senin (31/1/2022).
Nasib gembira juga terpancar dari raut muka Rama
(35), saat menjajakan mainan Barongsai. Pernak-pernik khas Imlek ini hanya ia
jual ketika perayaan Imlek saja. Rama sengaja datang dari Cirebon untuk
berdagang Barongsai di Pasar Gede. Ia mulai gelar lapak sejak pukul 5 sore.
Terhitung ada lebih dari sepuluh Barungsai sudah ludes terjual. Ada tiga jenis
Barongsai yang Rama jual, ukuran kecil seharga 15 ribu, ukuran sedang seharga
25 ribu, dan ukuran besar seharga 50 ribu. Dengan harga masih terjangkau,
anak-anak yang masih ingin membeli dagangan Rama.
Sejak pandemi Rama tak berdagang sama sekali. Ia
hanya mencari peruntungan di kampung halaman untuk sekadar mengisi perut saja.
Rama berharap di tahun ini untuk berdagang seperti sedia kala, sembari memilih
kota lain yang hendak ia tuju. Selama berdagang di Surakarta saja Rama sudah
meraup omset lebih dari 100 ribu untuk satu malam.
"Alhamdulillah, Imlek tahun ini ada
pemasukan buat berdagang, tidak seperti tahun kemarin tidak ada penghasilan
sama sekali," kata Rama sembari melayani pembeli Barongsai.
Penulis: Wicaksono Puji,
Penyunting:
Rynaldi Fajar