Makna Mahasiswa dan Pergerakan Mahasiswa saat ini. - LPM Apresiasi | Kritis, Realistis, Demokratis
News Update
Loading...

Makna Mahasiswa dan Pergerakan Mahasiswa saat ini.


Mahasiswa. Membahas mengenai mahasiswa yang setiap orang di muka bumi ini memiliki pengertian dan pemahamannya masing-masing, tentu saja akan melebar ke berbagai hal jika tidak di limitasi pada aspek tertentu. Mahasiswa, adalah pemuda yang masih mempunyai tanggung jawab atas pendidikannya dan harus bisa mempertanggungjawabkan apa yang sudah dia tempuh, begitu pendapat dari Analieza Ilmiatun Mufiedah, mahasiswa FISIP prodi Hubungan Internasional semester 6. Namun, semua tetap kembali pendapat masing-masing pribadi.

Opini mengenai pengertian mahasiswa juga dimaknakan berbeda oleh Erlina Kurnia Eka Sari, mahasiswa FATIPA semester 4. Ia mengungkapkan bahwa mahasiswa itu tidak harus remaja, namun mereka yang berniat menuntut ilmu lebih. Apabila kita bekerja pun, pendidikan tetap nomor 1.

Sejatinya mahasiswa adalah generasi muda, ujung tombak pembangunan bangsa, yang seharusnya memiliki peran vital dalam masyarakat. Namun, dewasa ini banyak kita jumpai mahasiswa yang justru cenderung acuh terhadap negaranya sendiri. Dalam konteks ini dapat dikatakan: apatis. Tidak hanya itu, mahasiswa di era ini juga lebih pasif dibandingkan dengan era sebelumnya. Mengapa ada anggapan demikian?

Memaknai pengertian mahasiswa memang tidak akan berhenti pada satu atau dua pengertian saja. Sebab, meskipun tujuan utama dari menjadi mahasiswa adalah menuntut ilmu, namun apakah lantas pengertian tentang mahasiswa itu hanya berhenti sampai disitu?

Seperti yang dikatakan oleh Edi Suranto, mahasiswa FKIP prodi PGSD semester 6. “Ya, mahasiswa itu orang yang berada di suatu perguruan tinggi, kan? Kalau maknanya itu. Bagaimana lagi?”

Nah, jika makna mahasiswa hanya berhenti sampai disitu, dan kita cukup berpuas diri menjadi mahasiswa Kupu-Kupu (Kuliah Pulang-Kuliah Pulang), lalu apa yang akan kita dapat selama memegang titel mahasiswa? Lebih jauh diutarakan oleh Edi, bahwa kehidupan mahasiswa tidak bisa terlepas dari organisasi, meskipun ada beberapa dari mereka yang tetap bisa berkarya setelah keluar dari organisasi.

Sebagai mahasiswa kita tentu memiliki tujuan masing-masing setelah memutuskan memasuki dunia perkuliahan. Apa yang kita rencanakan semuanya harus jelas dan terorganisir dengan baik. Dengan tujuan yang jelas, kita mendapat tambahan dari output sebagai mahasiswa dengan menunjukkan prestasi, baik di bidang akademik maupun non akademik. Menjadi mahasiswa berprestasi, mengikuti lomba-lomba ataupun kegiatan non akademik di kampus, dan lain sebagainya.

Risiko menjadi seorang mahasiswa adalah harus bisa bersikap lebih dewasa dan menjaga tutur katanya. Seperti pendapat dari Avitsah Mada Fasi Putri, mahasiswa Akuntansi semester 4, seorang mahasiswa harus lebih dewasa dan mampu menjaga tutur katanya. Mahasiswa juga sebagai “Agen of Change” dan penyambung lidah rakyat dengan kemampuan yang dimiliki, seperti halnya yang dikatakan M. Wahid Nur Faiz, mahasiswa Fakultas Hukum prodi Ilmu Hukum semester 2. Ketika masyarakat mengalami suatu kesulitan dan tidak ada elemen manapun yang membantu, mahasiswa datang memperjuangkan hak-hak masyarakat, meskipun tetap saja tidak semua mahasiswa memiliki kepakaan tentang hal itu di era ini.

Kedewasaan pun turut andil dan berpengaruh besar. Dalam lingkup ini, ada beberapa aspek yang dimaksud: kepedulian, kepekaan, dan tanggung jawab. Pada dasarnya, sebagai mahasiswa, kita tentu harus ‘lebih’ dalam aspek-aspek tersebut. Namun pada kenyataannya, saat ini masih banyak mahasiswa yang terpaku pada pola pikir lama yang sebenarnya kekanak-kanakan. Bahkan, dengan pola pemikiran yang demikian, ada pendapat bahwa mahasiswa saat ini banyak yang belum bisa dikatakan ‘mahasiswa’.

Fungsi mahasiswa pun tidak semata-mata menjadi penuntut ilmu, lebih jauh lagi bahwa setelah lulus dari perguruan tinggi diharapkan mahasiswa mendapatkan banyak pengalaman selama menjadi mahasiswa. Karena, tidak hanya sekedar output tentang ilmu yang didapatkan namun juga soft skill yang didapat melalui pengalaman berorganisasi selama di dunia perkuliahan. Sebisa mungkin setelah lulus kita mampu beradaptasi dengan lingkungan, mewujudkan masyarakat madani, tidak hanya menjadi kritikus handal yang tidak bertanggung jawab namun membenarkan apa yang sekiranya belum benar.

Kemudian, jika kita melihat di Universitas Slamet Riyadi sendiri, notabene opini menyebutkan bahwa mahasiswa di UNISRI masih menjadi mahasiswa yang sangat pasif, kepedulian sesama mahasiswa masih sangat kurang, bahkan banyak dari UKM/Ormawa di UNISRI tidak saling mengenal satu sama lain.

”Mahasiswa UNISRI seharusnya bisa berkonstribusi, membangun organisasi, menunjukkan dan mengembangkannya kepada masyarakat.” Tutur Cici Suryaningsih, mahasiswa Agroteknologi, Fakultas Pertanian semester 8.

Maka, banyak harapan muncul untuk mahasiswa di era milenial saat ini. Menjadi lebih dewasa, mampu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, menyeimbangkan antara organisasi dan akademik, sadar akan tanggung jawab yang diemban sebagai mahasiswa, meningkatkan kepedulian dan silaturahmi sesama mahasiswa, dan menjadi lebih aktif dengan tidak meninggalkan tanggung jawab.

Sebagai ujung tombak, kita, generasi muda yang menjadi penentu. Apakah mata tombak tersebut terasah tajam atau justru menjadi tumpul, setumpul-tumpulnya. Akankah sasaran tombak itu membawa kita pada kemajuan bangsa Indonesia, atau justru sebaliknya? Sebagai mahasiswa, tanggung jawab tersebut berada di tangan kita. Sebab, mahasiswa dituntut untuk aktif. Aktif bukan dalam hal mencari kesalahan, namun membenarkan yang salah. Mahasiswa harus bisa menyuarakan ‘suaranya’, berani menilai yang sekiranya patut untuk dinilai, tidak hanya menjadi boneka yang dimainkan kesana-kemarin, namun mampu dan berani bertanggung jawab atas segala yang sudah disuarakan dan dilakukan.

(Reporter : Rika Giriyanti, Risa Primantari)

Share with your friends

Give us your opinion
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done