Opini: Kebijakan UNISRI Menerapkan 5 Hari Kerja - LPM Apresiasi | Kritis, Realistis, Demokratis
News Update
Loading...

Opini: Kebijakan UNISRI Menerapkan 5 Hari Kerja

 Ketika 5 Hari Kerja Membatasi Gerak: Suara Mahasiswa untuk Unisri


Kebijakan lima hari kerja yang diterapkan Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta belakangan menjadi bahan perbincangan di kalangan mahasiswa. Sekilas, kebijakan ini tampak positif—memberi ruang istirahat bagi dosen dan tenaga kependidikan, serta menyesuaikan ritme kampus dengan sistem kerja profesional. Namun di sisi lain, kebijakan tersebut menyisakan pertanyaan besar: di mana ruang bagi mahasiswa untuk tetap aktif berkegiatan di luar akademik?


Sebelum sistem ini diterapkan, hari Sabtu sering menjadi waktu emas bagi mahasiswa untuk beraktivitas di organisasi kemahasiswaan (ormawa) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Hari tersebut menjadi momentum ideal untuk rapat, latihan, maupun pelaksanaan acara tanpa harus bentrok dengan jam kuliah. Kini, setelah kegiatan kampus dibatasi hanya sampai Jumat, ruang itu nyaris hilang.


Mahasiswa terpaksa menggeser kegiatan ke hari kerja, yang justru memunculkan masalah baru: izin perkuliahan yang sulit. Tak jarang, mahasiswa harus bolak-balik menjelaskan alasan izin kegiatan kepada dosen, dan tidak semua dosen bersedia memberikan dispensasi. Akibatnya, banyak kegiatan kemahasiswaan yang tertunda, bahkan dibatalkan, karena berbenturan dengan jadwal akademik.


Padahal, kegiatan ormawa dan UKM bukan sekadar pelengkap aktivitas kampus. Di sanalah mahasiswa belajar tentang kepemimpinan, tanggung jawab, dan kerja sama. Nilai-nilai itu tidak akan muncul hanya lewat teori di kelas. Dengan kata lain, pendidikan sejati di perguruan tinggi tidak berhenti di ruang kuliah, tapi juga hidup di ruang-ruang organisasi.


Kampus seharusnya memahami bahwa pembentukan karakter mahasiswa membutuhkan keseimbilan antara akademik dan non-akademik. Jika ruang gerak organisasi terlalu dibatasi, maka kampus berisiko melahirkan generasi yang cerdas secara kognitif, tetapi miskin pengalaman sosial.


Sudah seharusnya pihak kampus melakukan evaluasi dan penyesuaian kebijakan, misalnya membuka akses terbatas kegiatan di hari Sabtu untuk kepentingan kemahasiswaan, atau menciptakan mekanisme koordinasi khusus antara pihak akademik dan organisasi mahasiswa. Dengan begitu, Unisri bisa tetap menjaga efisiensi administrasi tanpa menutup peluang mahasiswa untuk berkembang secara utuh.


Mahasiswa tidak menolak perubahan. Mereka hanya berharap agar kebijakan yang dibuat tidak sekadar efisien di atas kertas, tetapi juga manusiawi dan mendukung semangat belajar di luar kelas.


Penulis: Orang terdekat dosen

Share with your friends

Give us your opinion
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done