“Laut Sunyi & Sayap yang Mengembara” - LPM Apresiasi | Kritis, Realistis, Demokratis
News Update
Loading...

“Laut Sunyi & Sayap yang Mengembara”



Oleh : Senja ( nama kiasan penulis) 


Ada getar dalam senja

yang turun perlahan

seperti kain tipis

yang menutup wajah dunia.

Dalam warna keemasannya,

aku mendengar bisikan laut

lirih, dalam, nyaris seperti nyanyian

yang datang dari waktu yang telah lama pergi.


Aku berjalan mendekatinya

seolah setiap langkah

menanggalkan satu demi satu

beban yang tak pernah sempat kuberi nama.

Ombak menyentuh pasir dengan lembut,

seakan tahu

bahwa manusia kadang hanya ingin dipahami

tanpa ditanyai apa pun.


Di hadapannya,

aku ingin tenggelam—

bukan agar hilang,

tetapi agar jiwaku dapat berbaring

di dasar yang diam,

di ruang biru yang merawat

segala hal yang tak sanggup kuucapkan.


Aku ingin tenggelam

seperti nada rendah

yang menyatu dengan lagu,

seperti bayang-bayang

yang akhirnya berhenti melawan cahaya.

Dalam kedalaman laut,

aku merasakan ketenangan

yang menelusup masuk

sampai ke tulang-tulang letihku.


Namun di atas permukaan air,

angin tiba-tiba membuka tabir langit,

dan dari celah cahaya yang redup itu

melintas seekor merpati

sayapnya bergetar

seperti denting halus pada senar yang dibelai pelan.


Ia terbang melingkari cakrawala,

tidak terburu-buru,

tidak gentar,

seakan membawa pesan

bahwa kebebasan pun bisa terdengar lembut,

tidak selalu harus berteriak.


Melihatnya,

aku ingin terbang

dengan ringan seperti itu

meninggalkan keruh yang menumpuk,

melintasi semua hal

yang pernah membuatku menggigil,

dan membiarkan angin

mengajari aku cara melepaskan.


Aku ingin terbang

seperti nada tinggi

yang membubung ke udara

tanpa takut pecah,

tanpa takut jatuh,

karena ia tahu

bahwa setiap ketinggian pun

mempunyai tempat untuk pulang.


Di antara dua panggilan itu

laut yang menidurkan gelombang

dan langit yang membentangkan kebebasan—

aku berdiri, hening, luluh,

namun lebih utuh dari sebelumnya.


Ketenangan hadir di sana:

di kedalaman yang memelukku perlahan,

dan pada ketinggian yang membiarkanku bernapas lega.


Aku ingin tenggelam

agar jiwaku kembali diam.

Aku ingin terbang

agar pikiranku kembali lapang.


Dan ketika malam datang

dengan bintang-bintangnya yang rapuh,

aku tahu bahwa manusia bisa menjadi

dua hal sekaligus

air yang menenangkan,

dan udara yang membebaskan.


Malam itu,

aku hanyut dalam musik alam

yang tak pernah selesai bernyanyi:

lagu tentang melepaskan,

lagu tentang menerima,

lagu tentang ketenangan

yang menetes perlahan

ke dalam ruang-ruang terkecil dalam diriku.

Share with your friends

Give us your opinion
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done