Karya: Oliviana Angelicha Effendy
Aku menemuimu di celah
senja,
saat langit retak oleh
cahaya jingga yang sekarat.
Wajahmu—bayangan terakhir
sebelum gelap menelan
cahaya.
Lalu hujan turun,
seperti doa yang tak
pernah sampai
ke altar langit.
Aku mendengarnya
berulang:
nama-Mu, nama-Mu,
nama-Mu.
Betapa ganjil,
aku hanyalah peziarah di
katedral waktu,
menyembah senja yang
fana,
menadahkan tangan pada
hujan
yang tak pernah reda.
Kau adalah keduanya:
perih yang indah,
indah yang perih.
Karya: Oliviana Angelicha
Effendy
Penyunting: Chintya
Alinda Riskyani