Karya: Oliviana Angelicha Effendy
Aku selalu menyukai cara hujan jatuh: pelan, namun pasti, seakan-akan ia tahu rahasia bumi yang haus. Begitu pula caramu hadir dalam hidupku—tak gegas, tak gaduh, hanya tetes yang lama-lama menjelma samudra.
Senja pun datang, menyulam langit dengan warna yang tak pernah sama. Ada jingga yang membakar rindu, ada ungu yang menyembunyikan rahasia, ada emas yang memantulkan siluetmu dalam pikiranku. Setiap kali matahari rebah di ufuk, aku merasa sedang menyaksikan dirimu—indah, rapuh, dan abadi dalam ingatan yang enggan pergi
Kekagumanku padamu adalah pertemuan hujan dan senja: satu menenangkan, yang satu menyalakan bara. Dan aku berada di antaranya, terjebak dengan sukarela—rela kuyup oleh rindu, rela terbakar oleh kagum.
Aku tak tahu apakah hujan
pernah cemburu pada senja, atau senja pernah iri pada hujan. Tapi aku tahu, di
dadaku keduanya berpadu: kau adalah hujan yang menyejukkan, sekaligus senja
yang membuatku tak ingin malam datang terlalu cepat.
Jika cinta adalah hujan
yang jatuh dari langit, maka kau adalah tanah yang paling rela menampungnya.
Jika kagum adalah senja yang singgah di cakrawala, maka kau adalah horizon yang
membuatnya tak pernah ingin pergi.
( Prosa-Puisi Sastra)
Karya: Oliviana Angelicha
Effendy
Penyunting: Chintya
Alinda Riskyani