DEBAT “PGSD Berkarya” - LPM Apresiasi | Kritis, Realistis, Demokratis
News Update
Loading...

DEBAT “PGSD Berkarya”


UNISRI – Jumat(8/12) HMPS PGSD atau Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar mengadakan event debat “PGSD Berkarya”. Pertandingan debat ini diikuti oleh tujuh universitas, yaitu Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Universitas Nahdlatul Ulama Jepara, Universitas Widya Dharma Klaten, Universitas Veteran Sukoharjo, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan Universitas Slamet Riyadi Surakarta selaku tuan rumah. Acara ini dibuka oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Jumat, 8 Desember 2017 kemudian dilanjutkan dengan pertandingan debat yang berlangsung selama dua hari, tanggal 8-9 Desember 2017. Kegiatan “PGSD Berkarya” ini tidak hanya pertandingan debat saja, tetapi ada serangkaian kegiatan lain yang akan diselenggarakan pada tanggal 20-23 Desember 2017 mendatang, yaitu Tari antar SD, Number ONE, Fotogenic, dan Akustik.

“Acara ini merupakan pemadatan dari tiga proker HMPS PGSD yakni lomba tari, lomba natar kelas dan debat yang kemudian bernama PGSD Berkarya.” tutur Sartika Maria Ulfah selaku ketua pelaksana kegiatan PGSD Berkarya.

Penyelenggaraan acara ini adalah kali kedua setelah tahun 2016 lalu, dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Untuk acara tahun 2016 hanya tercakup se-Solo Raya dan tahun ini HMPS PGSD mampu menjangkau peserta se-Jawa Madur akan tetapi, wilayah Madura, luar Jawa Tengah dan DIY tidak bisa ikut berpartisipasi dikarenakan acara PGSD Berkarya ini bersamaan dengan acara program kerja yang berlangsung di universitas masing-masing. Antusiasme peserta ditahun 2017 ini cukup banyak.

“Dari Jakarta sebenernya kemarin mau mengirimkan tiga delegasi. Tetapi setelah melihat jadwalnya ternyata berbenturan dengan UAS-nya di UHAMKA sama UNJ jadi, mereka tidak bisa mengirimkan delegasi ke UNISRI untuk mengikuti lomba debat.” tutur Sartika selaku Ketua Pelaksana.

Dilihat dari antusiasmenya di berbagai wilayah cukup baik, meskipun dalam penyebaran informasi serta petunjuk pelaksanaan yang terlalu mepet yaitu di bulan November. Namun, mereka tetap bersemangat untuk mensukseskan acara ini berbekal dukungan dari Rektor, Dekan FKIP, dan Kaprodi PGSD. “Kita sebenernya juga pesimis nggak mungkin dapat peserta sebanyak ini dari luar daerah. Itu menurut kami sebenarnya pesimis juga.” Sartika melanjutkan.


Dalam mempersiapkan acara ini, mereka sebagai panitia juga menemui beberapa kendala terutama untuk masalah ruang. Karena jadwal acara debat yang direncanakan berlangsung dua hari (8-9 Desember) ini berbenturan dengan acara dari universitas di tanggal 9 Desember 2017. “Nah, kita kemarin sempet terkendala disitu karena yang tanggal 9 itu universitas yang make. Kan mau tidak mau kita harus ngalah.” Ucapnya. Hingga akhirnya dari pihak Rektor dan WR3 memberi jalan tengah dengan pindah ruang dan sound system ditanggung universitas apabila acara debat ini berlangsung selama dua hari. Namun, karena penyampaian materi pada acara debat yang berlangsung lebih cepat, dimungkinkan hanya dilaksanakan satu hari yaitu ditanggal 8 Desember 2017.

Tanggapan tentang terselenggaranya acara debat ini datang dari salah satu mahasiswa yang mewakili Universitas Ahmad Dahlan Jogjakarta, Erlita Normasari (PGSD semester 5), yang sangat mengapresiasi acara debat ini. Menurutnya, debat bukan hanya tentang beradu argumen, saling menyalahkan tetapi ketika berdebat itu kita saling bertukar pikiran, membuka wawasan dan tidak hanya melihat permasalahan hanya dari satu sudut pandang. Namun, juga dicari bersama tentang bagaimana menyelesaikan perasalahan dengan bijak.

“Jadi ketika ada pro dan kontra itu bukan sesuatu yang benar atau salah. Karena itu memang kita selaku mahasiswa kan harus kritis ya terhadap kondisi sekarang ini, terutama pendidikan. Bagaimana sih pendidikannya di Indonesia sekarang? Nah itu bukan dijadikan untuk saling menyalahkan, tetapi mengkritisi bagaimana baiknya kedepannya dan menambah wawasan kita.” Tuturnya.

Selain itu, selaku tuan rumah, Universitas Slamet Riyadi Surakarta juga memberikan tanggapan serta keluhannya. Di tahun kedua penyelenggaraan acara debat, Ratih Rintan (PGSD  semester 5) salah satu peserta tim debat UNISRI mengaku lebih merasakan perasaan gugup dan resah dibanding tahun kemarin. Bukan hal aneh dikarenakan persiapan yang terlalu mepet dan tidak adanya dosen pembimbing yang mengarahkan tentang bagaimana debat itu berlangsung.

“Dari UNISRI sendiri tidak ada pembimbing yang mendampingi atau memberikan arahan tentang bagaimana sih strategi debat yang baik. Jadi, dari kami tim debat PGSD UNISRI, kami benar-benar adalah kendalanya di dosen pembimbing.” Kata Ratih.

Harapan kedepan tentang acara debat ini dari Sartika selaku ketua pelaksana yaitu mengharapkan universitas lebih men-support acaranya. Karena untuk acara seperti ini, bukan nama program studi saja yang dibawa melainkan nama universitas. Selain itu harapan-harapan juga datang dari peserta debat.

“Harapannya lebih meningkatkan tingkat kritisnya mahasiswa, meningkatkan tingkat kepedulian mahasiswa terhadap kasus-kasus yang selama ini terjadi. Apalagi, siapa sih yang akan meneruskan bangsa ini kalau tidak kita gitu lho. Makanya kita harus selalu berusaha memberikan yang terbaik berkontribusi untuk negara kita.” Tandas Erlita.

Selain Erlita, harapan juga datang dari mahasiswa UNISRI yang menjadi peserta debat. Ratih mengutarakan harapannya, jangan menganggap kompetisi ini sebagai ajang persaingan namun bagaimana kita benar-benar mengkaji untuk pendidikan Indonesia kedepannya menjadi lebih baik(8/12/2017).

(Reporter : Rida Trio Arifin, Rika Giriyanti, Risa Primantari)

Share with your friends

Give us your opinion
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done