Memang hanya sebuah kata
Namun mengandung makna kelam
Telinga tak kuasa mendengarnya
Hati tak mampu menanggung lara
Ia bagai badai menyambar
Merasakan atmosfer gemerlapnya
Porak-porandakan apapun yang dilaluinya
Sama halnya membawa duka
Netra tak kuasa membendung air matanya
Membuatnya seracik retisalya
Merasakan atma nan buncah
Dunia seakan sudah tak berpihak
Pikiran melayang tak terhingga
Abaikan apapun pada sekitarnya
Lubuk hati nan gemuruh
Emosi kan meledak tak tentu waktu
Merenung terpikirkan
Datang bagai terjangan badai
Hilang dengan hanya sapuan sepoi
Walau jejak ditinggalnya begitu rumit
Semua kan hilang
Semua kan berganti
Tepat pada waktunya
Hal baru kan segera tiba
Hidup tak semulus kain sutra
Batu kerikil, semak berduri
Badai, petir, angin topan
Beribu tetes air mata
Pengorbanan tiap waktunya
Namun semua seakan sirna
Kekuatan menjadi penyangga
Kerja keras tuk terus melangkah
Tetap waspada dan hati-hati pada pilihan
Rendah diri layak dipertahankan
Moment dimana kan dinanti
Sepetik harapan dipenghujung
Terpancar netra nan membara
Bangkit pada keterpurukan
Kan dibayar dengan kepuasaan
Kesabaran tetap sebagai tumpuan
Semangat nan membara
Usaha tak ada henti
Bersyukur atas yang diberi
Sebagai pelengkap menuju kulminasi
Pengarang: Vena
Penyuntig: Fisterina