Setelah sempat
meresahkan salah satu kampus negeri di Surakarta 2017 silam, modus penipuan
melalui pesan singkat SMS yang mengatasnamakan petinggi kampus kembali
mengincar korban. Belum diketahui secara jelas apakah pelaku dalam kedua kasus
tersebut sama, namun dari format pengiriman dan cara pelaku menjerat korban,
dapat dilihat bahwa kedua kasus tersebut memiliki persamaan yang signifikan.
Sabtu (08/12),
mahasiswa Universitas Slamet Riyadi Surakarta kembali diresahkan dengan pesan
singkat SMS yang dikirim ke kontak sejumlah mahasiswa. Dalam pesan yang
mengatasnamakan Wakil Rektor 3 tersebut, diterangkan bahwa mahasiswa terkait
diminta untuk memenuhi undangan Rakornas mendampingi Dr. Sutoyo, M.Pd., dengan
iming-iming dana akomodasi sebesar lima juta rupiah.
Para ‘calon’ korban
tersebut kemudian diminta untuk menghubungi salah satu nama yang diaku sebagai Bagian
Keuangan Kemenristekdikti, kemudian menyebutkan nomor register yang tertera di
pesan singkat yang dikirim untuk pencairan dana dan nomor peserta.
Sebagian ‘calon’
korban yang telah menghubungi nomer tersebut mengaku curiga terhadap gelagat
pelaku yang dengan tiba-tiba menginstruksikan untuk segera ke ATM. Beberapa
justru mengaku merasa curiga sejak awal ketika mendapatkan pesan singkat tersebut.
Dugaan sementara,
sejumlah kontak ‘calon’ korban yang dihubungi merupakan nomor yang dipilih
secara acak dari sekian banyak peserta OPTKK 2018. Dengan kata lain, pelaku
mengincar korban yang notabene masih mahasiswa baru. Hal ini memudahkan pelaku
untuk lebih lihai melancarkan aksinya, mengingat banyak mahasiswa baru yang
kurang pengalaman dan masih mudah percaya apalagi pesan singkat mengatasnamakan
petinggi kampus.
Hal tersebut menuai
kecurigaan seperti ‘apakah database kampus dicuri?’ atau bahkan ‘apakah ada
orang dalam yang terlibat?’.
Dugaan tersebut
dibantah langsung oleh Jaka Hartana selaku Kepala Bagian Akademik UNISRI. Ia
memastikan bahwa database dipastikan aman dari pembobolan sejak bulan Agustus
2018.
“Kalau untuk itu
(pembobolan database kampus), saya pastikan tidak.” Tegas Jaka Hartana. Dugaan
sementara, pelaku mendapatkan data nama-nama mahasiswa baru 2018 dari data yang
ditempel di mading ketika OPTKK 2018.
Bukan Hal Baru
Pasca menelisik
berbagai laman berita melalui jejaring internet, didapatkan data yang menunjukkan
bahwa kasus semacam ini sudah marak terjadi atau setidak-tidaknya diberitakan
mulai tahun 2011 silam di salah satu kampus negeri ternama di Yogyakarta.
Sederet kasus yang
sama pun kembali terjadi di tahun-tahun berikutnya. Strategi yang disusun pun
lagi-lagi sama : mengincar mahasiswa baru yang notabene belum memiliki banyak
pengalaman dan masih sangat mudah percaya.
Kendati cukup
meresahkan, modus semacam ini nyatanya bukanlah hal baru. Seperti yang dilansir
dalam laman uiupdate.ui.ac.id, modus
yang sama pernah terjadi pada Oktober, 2015 silam. Formatnya pun hampir sama
seperti yang terjadi di UNISRI yang mengatasnamakan petinggi kampus dengan
iming-iming dana akomodasi.
Kurangnya pemahaman
dan minimnya pemberitaan menyebabkan kasus yang sama kembali terulang setiap
tahunnya. Dalam hal ini, tindak gegabah dalam mengambil keputusan pun memiliki
peran yang sama besarnya.
Mengenai hal
tersebut, Dr. Sutoyo, M.Pd. mengimbau agar mahasiswa tidak terburu-buru, dan
mengonfirmasi terlebih dahulu jika terjadi penipuan dengan modus yang sama.
(Reporter : Risa
Primantari/Rika Giriyanti)